Pemimpin dapat kita jumpai di manapun. Tidak hanya di dunia perpolitikan, tetapi dunia pendidikan, ekonomi, agama, dan bahkan keluarga pun memiliki pemimpin. Pemimpin ada di segala bidang kehidupan. Pertanyaannya, pemimpin seperti apa yang kita harapkan dan impikan?
Ada banyak harapan yang terpendam dalam benak kita, namun saya hanya mau melontarkan salah satunya, yaitu: "Pemimpin yang mau mendengarkan". Sulit untuk menjadi telinga bagi orang lain, yang dengan sabar, tenang dan setia mendengarkan keluh kesah, harapan dan impian, serta masukan dan kritikan dari orang lain. Demikian pula menjadi pemimpin yang mau mendengarkan adalah tugas yang sulit dan berat.
Apa tips untuk menjadi pemimpin yang mau mendengarkan? Berikut saya bagikan secuil dari pengalaman saya: (semoga membantu para leader dimana pun Anda berada)
Pertama, Punya kemauan untuk mendengarkan. Ini syarat utamanya. Tanpa kemauan untuk mendengarkan, maka niat sebesar apapun tidak akan terwujud untuk mendengarkan orang lain.
Kedua, Punya hati untuk mendengarkan. Mendengarkan itu bukan hanya aktivitas telinga, tetapi juga hati. Kalau cuma mendengar (hear) tidak perlu pakai hati, seperti mendengar bunyi motor, hujan atau bunyi berisik lainnya. Namun, mendengarkan (listen) melibatkan hati dan juga pikiran dalam mendengarkan orang lain. Kita sungguh dengan penuh konsentrasi dan serius mendengarkan orang lain, sehingga kita dapat masuk ke dalam dunianya (simpati) dan memahami dengan benar permasalahan yang mereka hadapi dan alami.
Ketiga, Jangan memotong pembicaraan orang lain sebelum dia selesai berbicara dan mengungkapkan semua permasalahannya. Seorang pemimpin harus mampu mengendalikan dirinya dan juga mulutnya, karena apa yang dikatakannya akan berpengaruh bagi orang lain. Maka, dalam hal mendengarkan, pemimpin juga harus memberikan kesempatan yang cukup bagi orang lain untuk berbicara. Jangan sekali-kali memotong pembicaraan orang yang sedang berbicara, karena perbuatan itu akan melukai hati orang tersebut dan dia tidak bisa tuntas menyampaikan segala sesuatu yang menjadi permasalahannya. Selain itu, ruginya bagi sang pemimpin, dia tidak akan pernah bisa memahami permasalahan orang lain, apalagi menemukan solusinya (problem solving).
Keempat, rendah hati dan terbuka untuk menerima segala kritikan, saran dan masukan dari orang lain. Pemimpin yang anti kritikan bukan pemimpin yang baik dan visioner. Sebagai pemimpin kita harus dengan rendah hati dan terbuka menerima segala macam kritikan, saran dan masukan yang berguna bagi perkembangan diri kita dan orang lain (perkembangan bersama).
Kelima, lakukan perbaikan. Mendengarkan tanpa melakukan perubahan adalah sia-sia belaka. Maka setelah mendengarkan dengan baik seperti tahap-tahap di atas, lakukanlah perbaikan, agar terjadi perubahan ke arah yang lebih baik.
Pemimpin yang mau mendengarkan bukan utopia, jika kita mau mewujudkannya dalam kehidupan kita bersama, mulai dari komunitas yang paling kecil, yaitu keluarga dan tempat kerja kita masing-masing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H