Lihat ke Halaman Asli

Vinsensius SFil

Sarjana Filsafat

Mengupas Sekilas Isi Buku "Faedo" (Tulisan Filsafat Yunani Kuno)

Diperbarui: 2 Maret 2023   15:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terjemahan Buku Faedo dalam Bahasa Indonesia. Sumber: https://www.goodreads.com/id/book/show/6558587

Sejarah filsafat Yunani berawal dari Thales, yang mencari arkhe (prinsip dasar) dari alam semesta. Namun, berbeda dengan Sokrates, yang lebih tertarik untuk menyibukkan diri pada filsafat manusia. Sokrates memiliki banyak murid, antara lain: Plato, Faedo, Ekhekrates, Apollodorus, Simmias, Kebes, dan lain-lain. Salah seorang muridnya yang menulis buku adalah Faedo.

Faedo menulis buku mengenai percakapan terakhir Sokrates sebelum minum racun. Orang-orang yang terlibat dalam dialog ini adalah Faedo, Ekhekrates dari Flius, Sokrates, Apollodorus, Simmias, Kebes, Krito, dan penjaga penjara. Dialog ini terjadi di Flius (penjara Sokrates).

Secara umum, teks Faedo ini berbicara mengenai jiwa dan tubuh. Dengan diliputi  suasana yang mengharukan, yakni menjelang kematian Sokrates, mereka mempersoalkan keabadian jiwa. Apakah jiwa ini ada sebelum kelahiran, dan masih tetap ada setelah kematian? Apakah jiwa itu kekal? Inilah pertanyaan pokok yang terus-menerus dipertanyakan dan diperdebatkan oleh mereka.  

Sokrates berusaha menjelaskan keberadaan jiwa sebelum kehidupannya di dunia melalui teori recollection. Ia mengatakan bahwa, jiwa ada sebelum kelahirannya di dunia. Jiwa itu murni dan memiliki pengetahuan mengenai ide abadi. Akan tetapi, ketika jiwa masuk ke dalam tubuh, ia menjadi lupa akan semuanya itu. Ia berusaha mengingat apa yang dulu pernah dilihatnya sebelum ia terlahir di dunia. Hal inilah yang dimaksud dengan recollection.

Selain, jiwa itu sudah ada sebelum kelahiran, jiwa juga tetap ada setelah kematian. Sokrates membuktikannya melalui teori perlawanan. Bangun berasal dari tidur, dan tidur berasal dari bangun. Demikian pula dengan permasalahan jiwa dan tubuh. Kematian berasal dari kehidupan, dan kehidupan berasal dari kematian. Maka, setelah kematian ada kehidupan.

Demi memperkuat argumennya, Sokrates menyebut jiwa sebagai sesuatu yang immaterial, tidak dapat diindra, dan bersifat ilahi, sedangkan tubuh merupakan sesuatu yang material, dapat diindra, dan mendekati kematian/ dapat binasa.

Teks Faedo juga menjelaskan tentang keadaan jiwa setelah kematian tubuh. Jiwa yang semula murni, namun kini telah dicemari oleh perbuatan-perbuatan tubuh. Jiwa yang tercemar ini akan bereinkarnasi. Reinkarnasi adalah proses perpindahan jiwa dari tubuh yang satu ke tubuh yang lain. Tujuannya adalah supaya jiwa itu dimurnikan kembali, sehingga ia dapat masuk ke hades.

Melalui filsafat, seseorang diajak untuk berpikir kritis demi mencapai kebenaran. Demikian pula yang dilakukan para murid Sokrates. Mereka mempertanyakan dan mengkritisi apa yang diargumentasikan oleh guru mereka. Salah seorang murid yang mempertanyakan tentang keabadian jiwa adalah Kebes. Ia masih ragu apakah jiwa itu sungguh abadi atau dapat binasa?

Pertanyaan inilah yang dibahas panjang lebar dalam Buku "Faedo", demi memperoleh penjelasan yang rasional dalam sudut pandang Filsafat. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline