Perkembangan teknologi di satu sisi memberikan dampak positif bagi kehidupan manusia, sebab dengan adanya penemuan baru di bidang ini, kebutuhan manusia dapat dipenuhi dengan lebih optimal dan efektif. Tidak diragukan lagi sejak revolusi industri, segala kebutuhan manusia dapat diproduksi dengan cepat dan berguna untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Akan tetapi di sisi lain, perkembangan teknologi juga membawa dampak yang negatif bagi kehidupan manusia.
Salah satu fenomena perkembangan teknologi di bidang industri adalah pabrik. Pabrik mengolah berbagai jenis kebutuhan manusia, dengan jumlah yang besar dan menjamin keefektifan dan keefesienan dari hasil produksi. Memang, sebagaimana dikatakan di atas, bahwa pabrik ini berguna untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia, dengan jalan menghasilkan berbagai kebutuhan manusia. Namun, pabrik juga membawa dampak negatif bagi lingkungan dan hidup manusia. Kita dapat melihat secara langsung, bagaimana pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh adanya pabrik, misalnya: polusi udara akibat asap hitam yang dikeluarkannya, dan pembuangan limbah ke sungai, sehingga mengganggu kesehatan warga yang tinggal di dekat kompleks industri.
Teknologi yang Tidak Bebas Nilai
Fenomena pencemaran lingkungan dan terganggunya kesehatan manusia akibat pabrik, menjadi fokus dalam tulisan ini, yang akan dibahas dengan sudut pandang filsafat Habermas. Namun, sebelum kita berbicara lebih jauh mengenai analisis permasalahan, penulis ingin menampilkan latarbelakang tokoh dan pemikirannya. Sekiranya dengan pendasaran ini, kita dapat memperoleh suatu analisis yang lebih kritis dalam menanggapi realita keberadaan pabrik ini.
Jurgen Habermas
Jurgen Habermas lahir di Gummersbach pada tahun 1929. di universitas kota Gottingen, ia belajar kesusasteraan Jerman, sejarah, dan filsafat, serta mengikuti kuliah di bidang psikologi dan ekonomi. Sesudah beberapa tahun di Zurich, ia meneruskan studi filsafat di Univeritas Bonn, dan meraih glear "doktor filsafat" (1954). Habermas juga berkecimpung dalam bidang politik, terutama sehubungan dengan diskusi yang hangat di Jerman pada saat itu tentang persenjataan kembali (rearmament).
Kemudian, pada tahun 1956 Habermas berkenalan dengan Lembaga Penelitian Sosial di Frankfurt dan menjadi asisten Adorno. Ia juga sangat populer dalam kalangan mahasiswa Jerman (pada awal tahun 60-an) dan oleh beberapa golongan dianggap sebagai ideologi mereka, khususnya beberapa golongan SDS (Sozialistische Deutsche Syudentenbund
Humanisme
Habermas memberikan sebuah sumbangan pemikiran filsafat, yaitu teori kritis. Dalam teori kritis ini ia mengkritik filsafat Karl Marx. Menurut dia, filsafat Marx masih sangat tergantung pada filsafat Hegel. Prandaian-prandaian metafisis yang masih menentukan ajaran Marx harus diganti dengan kritik atas masyrakat. Ditambah lagi dengan kegagalan Marx dalam sejarah, bahwa apa yang dicita-citakannya, yakni masyarakat tanpa kelas tidak pernah terwujud (utopia), justru saat ini kelas masyarakat semakin terintegrasi.