Georg Wilhelm Frederich Hegel lahir di Stuttgart pada tahun 1770. 19 Pada awalnya, ia ingin menjadi pendeta. Kemudian, pada umur 18 tahun, Hegel masuk seminari di Turbingen serta belajar filsafat dan teologi di universitas kota itu. Di seminari, ia bertemu dengan Schelling dan Horderlin, penyair Jerman. Mereka tertarik pada revolusi Prancis. Hegel kemudian memutuskan untuk keluar dari seminari.
Sejak tahun 1793, Hegel bekerja beberapa tahun sebagai dosen pribadi di Basel. Kemudian, ia melanjutkan studinya di Jena (1801) sampai ia meraih gelar doktor filsafat. Pada tahun 1806, tentara Napoleon menyerbu dan menduduki kota tersebut. Hegel melarikan diri ke Bamberg dengan membawa karyanya yang baru diselesaikannya, yakni Phanomenologie des Geistes (Fenomenologi Roh).
Pada tahun 1807, ia menjadi redaktur suatu surat kabar di kota tersebut. Dan kemudian bekerja sebgai kepala SMU. Pada usia 41 tahun, Hegel menikah dengan gadis berumur 20 tahun, yaitu Marie von Tucher. Hidupnya mulai menjadi aktif dan produktif dalam bekerja setelah ia menikah, karena ada istrinya yang mengurusi kehidupannya.
Pada tahun 1812, Hegel menulis buku Wissenschaft der Logik (Ilmu Logika). Kemudian pada tahun 1816, ia menjabat sebagai profesor di Universitas Heidelberg dan pada tahun 1818 ia mengajar di Universitas Berlin, ibu kota kerajaan Prussia. Maka, Hegel semakin terkenal. Selain itu, buku lain yang ditulisnya adalah Grundlinien der Philosophie des Rechys (Garis-garis Besar Filsafat Hukum). Akhirnya, Hegel meninggal pada tahun 1831 karena sakit kolera.
Dialektika Hegel
Filsafat Hegel yang terkenal adalah dialektika. Melalui dialektika ini, ia memperoleh penyatuan (sintesis) dari dua hal yang saling bertentangan (tesis dan antitesis). Dalam penyatuan ini, baik tesis maupun antitesis sudah melebur dan tidak berdiri sendiri-sendiri lagi.
Untuk mengatakan apa yang terjadi dalam dialektika, Hegel memakai kata Jerman aufheben (bentuk pasif: aufgehoben), yang berarti baik "mengangkat", "menyimpan", maupun "meniadakan", "membatalkan". Dengan demikian, dalam filsafat Hegel konsep "ada" (tesis), dan "tidak ada" (antitesis) mendapat bentuk penyatuannya dalam konsep "menjadi" (sintesis). Dalam "menjadi", "ada", dan "tidak ada" mengalami aufgehoben. Maksudnya, dalam konsep "menjadi" terdapat konsep "ada" dan "tidak ada", sehingga konsep "ada" dan "tidak ada" dinyatakan batal atau ditiadakan.
Dalam dialektika Hegel, ditemukan adanya Roh Absolut yang terus-menerus berubah dan berkembang. Berawal dari tesis yang dilawankan dengan antitesis, kemudian menimbulkan sintesis. Sintesis itu dapat menjadi tesis lagi, dan seterusnya mengikuti pola yang sama, yaitu: tesis, antitesis, dan sintesis. Hal ini disebabkan oleh adanya Roh Absolut yang menggerakkannya. Terbukti dalam sejarah dan masyarakat yang senantiasa berubah, dan berkembang dari zaman ke zaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H