Lihat ke Halaman Asli

Widji Thukul, Tanpamu Daku Apatis

Diperbarui: 20 Juni 2022   23:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Widji Thukul mempunyai nama asli Widji Widodo adalah salah seorang aktivis kemanusiaan serta penyair yang paling berani pada masanya. Widji Thukul lahir di Solo pada tanggal 26 Agustus 1963, dan ia dinyatakan hilang hingga saat ini selepas kerusuhan besar yang terjadi di tahun 1998.

Widji Thukul merupakan lelaki cadel, "cacat" wicara tapi dianggap berbahaya oleh rezim orde baru. Puisi-puisi yang ia tulis merupakan puisi paling merakyat serta tajam bagi kuping para penguasa, puisi-puisinya lah yang berhasil menyelamatkan pikiran dan nalar saya pribadi.

Perkenalan saya dengan Widji Thukul terjadi ketika saya masih berseragam SMA. Kehidupan SMA saya dipenuhi dengan sikap apatis, tindakan yang kurang bijak dan cenderung bodoh, dari gaya hidup yang tidak sehat hingga pikiran yang selalu mementingkan gengsi sosial.

Pikiran yang tidak bijak dan tindakan yang kurang cermat seakan menghilang ketika saya bertemu dengan seorang teman baru yang aktif berkegiatan di bidang kemanusiaan, sebuah buku Widji Thukul bertajuk "Teka-Teki Orang Hilang" ia berikan secara cuma-cuma. 

Tidak disangka, buku pertama yang saya baca di hidup saya inilah yang mampu merubah pola pikir saya. Selepas saya melahap habis semua kata yang ada di buku tentang Widji Thukul ini lah saya mulai menyadari betapa tidak bergunanya saya bagi orang-orang di lingkungan saya.

"Mari mengawalinya dari Wiji. Lelaki itu hingga kini tak kembali. Ia cadel, tapi dianggap berbahaya. Rambutnya lusuh, pakaiannya kumal, celananya seperti tak mengenal sabun dan setrika. Ia bukan burung merak yang mempesona. 

Tapi, bila penyair ini membaca puisi di tengah buruh dan mahasiswa, aparat memberinya cap sebagai agitator, penghasut. Selebaran, poster, stensilan, dan buletin propaganda yang ia bikin tersebar luas di kalangan buruh dan petani. Kegiatannnya mendidik anak-anak kampung dianggap menggerakkan kebencian terhadap Orde Baru. Maka dari itu ia dibungkam, dilenyapkan."

Di awal buku, narasi tentang seorang Widji Thukul inilah yang seakan menampar saya. Widji Thukul dengan kesederhanaanya mampu bermanfaat bagi banyak orang serta mampu menjadi pemantik api semangat bagi para pejuang keadilan. 

Kisah hidup serta karya puisi Widji Thukul merupakan suatu hal yang harus ditelaah semua orang, sebab sikap kritis dan peduli pada sekitar amat saya yakini dapat bertumbuh serta berkembang berkat kisah hidup dan karya dari Widji Thukul.

Sudah saatnya pelajar, mahasiswa serta pemuda-pemudi Indonesia mulai meneladani sikap dan tindakan Widji Thukul. Kesederhanaan serta sikap kritis harus ditanami sejak dini, sebab sikap kritis akan menimbulkan kebijaksanaan dalam berpikir dan bertindak, sehingga dengan kebijaksanaanlah hidup kita akan lebih berkualitas dan bermanfaat bagi orang di sekitar kita. 

Widji Thukul telah menebarkan biji-biji kebaikan di hidup saya dan semoga di hidup kalian jua, semoga kelak biji-biji itu bertumbuh dan berbuah menghasilkan kesejahteraan sejati bagi kehidupan kita.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline