Lihat ke Halaman Asli

Vinsens Al Hayon

Penyuluh-Guru

Kerja Tangan

Diperbarui: 14 Desember 2024   10:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tulisan kecil ini terinspirasi dari bacaan pada penginjil Matius di pekan perdana masa penantian hari raya keagamaan Kristiani, kelehiran Isa Almaseh. 

Kontwn bacaan ada pada Matius, 15:29-37, berkaitan dengan penyembuhan dan memberi makan orang banyak.

Soal memberi makan tidak terjadi begitu saja. Ia telah melewati proses panjang. Mulai dari menyiapkan lahan, mengolah tanah, menanam, merwat, memetik hasil sampai mengolah jadi makanan dan akhirnya memberi makanan.

Semua proses itu mensyaratkan kerja fisik, alias kerja tangan. Sudah pasti, hati dan pikiran bahkan seluruh diri pekerja terlibat di dalam proses itu.

Bicara tentang kerja tangan. Kerja tangan sesungguhnya adalah  perilaku terpuji. Namun hari-hari ini banyak orang senang berpangku tangan dan mulutnya yang kerja, alias tukang suruh-suruh orang lain kerja.

Kerja dengan tangan sendiri (kerja fisik), kini semakin jauh dari peradaban. Alasan, salah satunya,  pekerjaan dipermudah dengan aneka temuan serupa mesin, teknologi, dan kemampuan menciptakan robot, lebih khusus mesin pembantu kerja tangan manusia. Tetapi tetap juga secar in se,  yang mengoperasikan adalah manusia, jari-jari tangan manusia, singkat kata tangan manusia yang  bekerja. 

Walau demikian pada koridor ini, masih juga ada yg enggan melakukannya dengan jari atau tangan sendiri (mungkin gaptek). Kalau gaptek, ya... karena tak mau berusaha. Tak mau fungsikan jari tanggannya dan kerja otaknya.

Kisah tentang menyembuhkan dan memberi makan  perlu kita hayati. Si pelaku menyembuhkan dan membeei makan, telah memenuhi gambaran yang dinubuatkan nabi Yesaya, yakni Ia dengan tangan-Nya sendiri mengerjakan hal-hal yang ajaib. Orang-orang sakit disembuhkan, para papa miskin dihibur dan rezeki pergandaan roti dibagi-bagikan.

Semua ini dilakukan oleh tangan Sang Tokoh sendiri, sebagai subjek kisah. Apa yang dilakukan oleh Tokoh kisah, bukan untuk sebuah pameran kehebatan dan kekuasaan tetapi karena hati-Nya tergerak oleh belas kasihan. Belas kasihan itulah yang menjadi dasar keajaiban yang dilakukan. Dasar melakukan perbuatan dengn tangan seniri. 

Ia memberikan wujud belas kasihan itu berup jamhn tanganNya yang menyembuhkn dan berupa penggadaan roti  di hadapn para pengikut-nya, dan para murid itu dengan tangannya sendiri membagikan makanan itu, roti itu kepada orang banyak dan mereka semua makan sampai kenyang.

Bagaimana dengan konkretissinkerjbtangan kita. Apakah wujud kerja tangan kita telh berbuah atau  menghasilkan rezeki? Tidak berlimpah tetapi cukup. Dan apabila anda ingin hasil kerja tangan anda dibagikan juga untuk sesama maka  inilah kedermawanan yang luar biasa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline