Lihat ke Halaman Asli

Vinsens Al Hayon

Penyuluh-Guru

Adventus Usai, Satu Cemeti untuk Sadar

Diperbarui: 24 Desember 2023   22:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Dokpri. Berjanji melayani lebih sungguh)

(Catatan Reflektif di Masa Adventus)

By Alhayon

Masa Adventus (menantikan kedatanagn Tuhan Yesus) yang dijalani umat Kristiani mencapai puncaknya pada perayaan Adventus minggu keempat, dan sebentar lagi perayaan Natal secara meriah dirayakan di seantero jagat. 

Sepanjang minggu-minggu Adventus kisah tentang kedatangan seorang Mesias (seorang penyelamat) menjadi sentral kisah dan pewartaan.

Adventus juga merupakan masa mempersiapkan diri menyongsong kedatangan Mesias, yang mewujud dan berpuncak pada "perayaan Natal/ Perayaan mengenang kelahiran Sang Mesias," dan sepanjang masa itu, sederet nilai kehidupan diangkat ke permukaan dan dijadikan materi permenungan.

Tujuannya bisa seperti ini, "Untuk meggetarkan hati dan rasa, serta menggugat pikiran untuk mengoreksi kembali laku manusiawi yang terjadi di hari-hari kemarin." 

Maksudnya supaya ketika tiba hari Natal setiap pelaku nilai mematrinya pada nazar dan sumpah, dan siap untuk mengejawantahkan nilai-nilai itu setelah Perayaan Natal berlalu. 

Masa Adventus dan aneka permenungannya sangat menuntut ejawantah dan bagai cemeti untuk sadar diri dan sadar posisi bagaimana seharusnya bersikap laku.

Ejawantah itu ditunggu. Terlebih di ekor tahun politik 2023 sampai dengan di hari pelaksanaan tahun politik, dan follow upnya setelah semua keadaan kembali normal. Apa saja pesan moral atau nilai yang jadi rujukan dan target? Secara biblis dan merujuk pada materi permenungan maka pesan moral atau nilai "ketuanan" (tuan) dan "kehambaan" (hamba) menjadi sorotan yang diangkat ke permukaan.

Di era lalu, jauh sekali sebelum ada pengelompokan antargenerasi, dahulu (dan juga sekarang). Nilai "ketuanan" dan "kehambaan" atau perhambaan merupakan kisah feodalistik. Sejarah-sejarah dunia mencatat baik kisah feodalistik ini. Bahkan di tahun 30-an Masehi, seorang tokoh sentral yang bergelar Mesias, telah mengkritisi dengan hebat perilaku feodalistik ini. Perilaku yang terjadi pada bangsanya, pada kaumnya sendiri.

Sorotan Sang Messias yang berdasarkan fakta  dan data yang akurat menjadikan Sang Mesias menjadi korban dendam kesumat para feoadal dan pendukung paham feodalisme yang lahir dari golongan dan kelompok garis keras di zamannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline