Lihat ke Halaman Asli

Berpengaruhkah Harga Ikan dengan Kesejahtraan?

Diperbarui: 9 Mei 2016   12:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Pada hari minggu ini, saya di pagi hari menemani sang istri dan assiten untuk pergi kepasar dengan tujuan berbelanja kebutuhan rumah tangga sehari-hari. 

Tanpa pikir panjang ajakan istri langsung ku ikuti dengan semangat, kami berempat ohyaa ditambah dengan anakku yang berusia 1 tahun ku ikut sertakan dengan kegiatan kami berbelanja. Tujuan kami berbelanja kepasar inpres kota Lhokseumawe, salah satu tempat destinasi belanja pasar rakyat yang ada dikota kami.

Hal yang menarik dalam ke jadian nyata ini adalah, ketika kami berempat berjalan masuk pasar melewati penjual ikan yang lagi bersemangat menjual barang dagangannya yaitu ikan segar, para penjual ikan dengan lapak hanya meja 1x1 m, alas seadanya berkata dengan lantang seperti ini “ayo bu merapat-merapat, ikan murah, ikan murah, ikan murah."

Indonesia sejahtera, rakyat sekarang bahagia dengan gaya marketing yang luar biasa. Penjual ikan tersebut tanpa butuh waktu lama, langsung dikerubungi oleh emak-emak. Ibu-ibu dan semua pembeli yang penasaran, yaa termasuk saya dan istri saya dengan  rasa penasaran, apa benar ikan mempengaruhi kesejahtraan, kalau emang benar apa buktinya dan sejauh mana signifikansiny.

Tak disangka dan tak terkira, salah satu yang membuat rakyat atau pembeli sejahtera itu karena harga ikan sekarang murah, sangat terjangkau, rakyat bisa makan sepuasnya, ikan tongkol ukuran dua buah jari telunjuk dan jari tengah orang dewasa dijual seharga Rp.5.000/kg, (harga belum tawar), dimana dulunya harga ikan tongkol seperti ini seharga Rp.15.000-Rp.20.000/kg. 

Sedangkan  ikan tuna dengan ukuran besar dengan berat 2kg lebih, dimana dulu harga sekilonya berkisar Rp. 35.000-Rp.40.000/kg  tetapi sekarang menjadi Rp.20.000/kg.

Dengan apiknya saya mencoba menanyakan kepada penjualnya, dengan bahasa daerah kami, bahasa Aceh (Pakon yueem engkot jeut murah that…?) artinya “kenapa harga ikan murah,” penjual yang bernama abang Ibrahim dengan lantang menjawab (nyoe dari ALLAh swt, geubrie petunjuk keu bu Menteri Susi. 

Mandum kapai pancuri engkot ditimbak ngen dipehancoee yang cook engkot tanyoe, bereh that bu susi ataa mentri dipilih jokowi, kamooe pilih jokowi pokok jih) artinya ”ini semua Karena ALLAH SWT, diberi petunujuk buat menteri susi untuk menembak dan menghancurkan semua kapal-kapal asing pencuri ikan yang mencuri di perairan kita, beres bu susi,menteri yang dipilih oleh bapak presiden jokowi.”

Lain dulu lain sekarang, bagaimana dulu bagaimana lagi sekarang, artinya pembicaraan tersebut menyiratkan seorang penjual ikan yang dalam rutinitas sehari-hari jangankan memikirkan siapa presiden, siapa lagi mentri susi, tetapi karena kiprah dan kerjanya seorang mentri berdampak positif terhadap mereka, terlihat nyata dimata masyarakat awam, maka yang dulunya harga ikan relative mahal.

Maka sekarang secara umum ikan dapat dengan mudah dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia, khususnya kota kami Lhokseumawe Aceh. Menurut mereka, secara tersirat saya juga setuju, dengan harga ikan murah berpengaruh secara tidak langsung terhadap kesejahtraan.

Kemampuan membeli ikan hampir terjangkau oleh hampir seluruh masyarakat, jikalua kita bandingkan dengan harga ikan dulu, di mana ikan kita dicuri oleh kapal asing dan kembali djual dengan harga mahal (hasil  olahan) atau nelayan kita dengan susah payah menangkap ikan di negara sendiri, asal nenek moyangnya seorang pelaut pun sangat sulit menangkap ikan, hasil tangkapan hanya sisa-sisa dari pencuri ikan yang melintang diperairan Indonesia. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline