Lihat ke Halaman Asli

Penanda pada Kotak Sampah FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta Belum Mencerminkan Komunikasi Lingkungan dan Kesehatan

Diperbarui: 2 Oktober 2017   00:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia dan lingkungan hidup adalah dua bagian yang tak bisa dipisahkan. Hal ini karena manusia sebagai organisme hidup tidak dilihat terisolasi, atau terpisah serta berada di atas alam, manusia adalah bagian dan berada di alam semesta ( Yenrizal, 2017, hlm. 4). Lingkungan hidup kemudian bukan sekedar lingkungan biologi dan fisik, lebih luas, yakni lingkungan budaya, lingkungan sosial, dan lingkungan ekonomi.

            Maka dari itu dapat diartikan secara singkat bahwa lingkungan tidak hanya sekedar apa yang berada di luar manusia, tapi hubungan manusia dengan manusia yang lain, dalam kaitannya pada proses komunikasi yang menyebabkan interaksi, hubungan jangka panjang yang membentuk budaya, ekonomi, dan politik juga masuk dalam pengertian lingkungan itu sendiri.

            Penulis menyimpulkan kemudian bahwa lingkungan terdiri dari banyak ekosistem termasuk manusia. Lingkungan memberikan dukungan pada proses kelangsungan hidup manusia, begitu pun sebaliknya, manusia memberikan hubungan timbal balik untuk mendukung kelangsungan hidup lingkungannya.

            Yenrizal dalam bukunya Lestarikan Bumi dengan Komunikasi Lingkungan menyebutkan bahwa dalam kehidupan lingkungan, jika salah satu unsur terganggu maka gangguan itu akan dirasakan unsur lainnya. Manusia mendapatkan amanat dari Tuhan bukan untuk menaklukan alam dengan mengeksploitasinya, namun kewajibannya adalah menjaga keberlanjutan fungsi alam agar bisa dimanfaatkan oleh manusia lain ( 2017 : hlm. 4)

            Mengacu pada pengertian lingkungan secara luas seperti dikatakan pada paragraf sebelumnya, bahwa lingkungan bukan sekedar fisik dan biologi namun juga lingkungan budaya, lingkungan sosial , dan lingkungan ekonomi maka penulis tertarik melihat permasalah lingkungan sosial penulis sendiri sebagai mahasiswa, yakni lingkungan Fisip UAJY.

            Penulis tertarik untuk melihat komunikasi lingkungan pada pemanfaatan tempat sampah di kampus 4, Fisip UAJY. Topik tentang sampah menarik dibahas mengacu pada temuan penulis pada artikel Kompas.com, 27 Januari 2016, bahwa Indonesia darurat Sampah. Menurut Kompas.com berdasarkan hasil wawancara dengan organisasi non-pemerintah Greeneration, satu orang Indonesia, dapat menghasilkan 700 sampah plastik setiap tahun.

            Data dari artikel Kompas.com itu juga diperkuat oleh statemen Kuncoro Sejati dalam buku berjudul Pengolahan Sampah Terpadu. Menurutnya persoalan sampah di Indonesia tak kunjung selesai karena sampah di kota-kota besar diperkirakan hanya 60% yang bisa terangkut ke TPA. Sisanya yang lain di olah oleh masyarakat, tercecer, atau lebih parahnya lagi adalah dibuang ke badan sungai.

            Alasan berikutnya adalah karena Fisip UAJY Sebagai bagian dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) juga kedapatan program Green Campus. Hal itu sesuai dengan pernyataan UAJY pada salah satu pemberitaannya seputar Lomba Desain Go Green Campus. Pada artikel yang dirilis 30 Mei 2017 silam, UAJY mengatakan bahwa nilai humanis sebagai salah satu visi dan misinya bukan sekedar ditujukan untuk manusia saja. Tapi juga dengan alam dan lingkungan. Menurut artikel tersebut konsep Green Campus yang juga digunakan oleh UAJY saat ini merupakan salah satu langkah pemanfaatan lingkungan hidup.

            Menurut website gogreenindonesiaku.com , konsep Green Campus mengacu pada pengertian bahwa kampus sebagai lingkungan hidup harus mewujudkan suasana bersih, teduh, indah dan sehat untuk para penghuninya menimba ilmu pengetahuan. Selain itu program Green Campus juga harus dilakukan oleh kampus sebagai salah satu bagian dari ekosistem lingkungan kota guna memerangi pemanasan global.

            Berdasarkan website yang sama penulis juga mendapatkan sembilan green campus. Dari kesembilan poin tersebut salah satunya adalah menanamkan pemahaman pada masyarakat guna ikut dalam pelesatarian lingkungan salah satunya adalah dengan mengelola sampah. Paling sederhana adalah membuang sampah dengan misahkan sampah organik dan anorganik.

            Topik tentang sampah ini kemudian menarik penulis untuk melihat lebih dalam pada ruang lingkup ilmu komunikasi lingkungan , secara khusus pada masalah tempat sampah. Penulis  ingin membahas tentang tingkat keefektivan tanda ditempat sampah kampus Fisip UAJY. Peneliti berfokus pada tandanya karena merupakan salah satu cara komunikasi dalam konteks lingkungan. Dari hasil pengamatan penulis, jumlah tempat sampah bertanda sticker untuk memilah-milah sampah, berjumlah kurang lebih 15 buah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline