Lihat ke Halaman Asli

Lalu?

Diperbarui: 15 Desember 2017   03:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku tidak akan bisa melupakan semua kenanganku bersamanya. Bagaimanapun caraku menutup semua perasaan ini. Aku masih diam-diam menangis. Walaupun aku terlihat kuat, aku lemah setiap mendengar namanya, suaranya, tawanya. Seperti terobsesi dengannya, tidak jarang aku kembali membaca ulang semua percakapan kita di handphoneku berkali-kali.

Selama berbulan-bulan. Aku mencoba mengubur semua perasaan ini. Menguburkannya pada dasar bumi terdalam yang bisa kugali. Aku mencoba tegar dan melupakan dia yang sekarang telah jauh.

Namun, semuanya hancur.

Suatu hari, dia mendatangiku. Hanya dalam beberapa menit, semua perasaan yang telah susah payah kupendam, bertumbuh dan muncul kembali dalam sekejap. Semua benteng yang kubuat hancur. Aku kembali jatuh, jatuh dalam perasaan yang sama, orang yang sama, senyum yang sama.

Perasaan ini mengontrol tubuhku. seberapa kuatpun akal sehatku menahannya, mata ini tidak akan berhenti mengalirkan air mata untuknya. otak ini tidak akan berhenti memikirkannya, hati akan selalu merasakan sakit. 

Jika ini bukan cinta sejati, bisakah kusebut obsesi?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline