Lihat ke Halaman Asli

Jangan Menunda Apa yang Memberi Manfaat di Masa Depan

Diperbarui: 24 Agustus 2018   13:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Pernahkan anda coba menarik diri dan mengamati orang-orang di sekitar kita, dan bertanya-tanya apakah mereka sudah menerapkan peribahasa "sedia payung sebelum hujan"? Atau jangan-jangan anda juga termasuk salah satu dari sekian banyak orang di segenap lapisan masyarakat Indonesia saat ini yang masih punya kecenderungan menunda-nunda untuk mempersiapkan masa depannya?

Pernahkah anda berpikir apa akibatnya jika menunda-nunda persiapan masa depan, dengan salah satu contohnya adalah persiapan investasi dan proteksi diri? Apakah anda temasuk golongan orang-orang yang masih merasa kekeuh untuk menikmati masa sekarang ini, atau mungkin tidak ingin membahas masa depan karena realita hidup saat ini saja sudah terasa susah?

Jika menilik survei yang pernah dilakukan oleh Manulife Investor Sentiment Index (MISI) di tahun 2016, kita dipaparkan sebuah data bahwa sekitar 59% masyarakat yang menjadi sampel survei merasa tidak nyaman dengan investasi yang saat ini sedang mereka lakukan. Adapun 28% dari sampel survei tersebut juga menyatakan bahwa mereka sudah menyesal telah melakukan investasi yang saat ini sedang dan telah berjalan.

Lebih jauh lagi, survei yang dilakukan MISI pada Kuartal Keempat tahun 2015 juga mengungkapkan kegagalan investor dalam mengelola keuangan diperburuk dengan terus melakukan kesalahan yang berulang. Indikatornya bisa dilihat dari bagaimana investor yang menjadi sampel survei mereka tidak mengelola keuangan harian mereka secara efektif dan tidak memiliki tujuan keuangan yang jelas, dimana 70% dari responden tidak memiliki target jumlah dana simpanan dalam jangka waktu tertentu.

Apa artinya ini? Mempersiapkan masa depan di bidang investasi dan proteksi diri sama artinya dengan mempelajari ilmu dan keahlian perencanaan keuangan sedini mungkin.

Perencanaan keuangan yang baik melibatkan unsur pembentukan tujuan hidup yang jelas serta pengetahuan manajemen keuangan pribadi yang mumpuni untuk menciptakan sebuah plan yang terintegrasi. Adapun ilmu perencanaan keuangan melibatkan enam (6) hal yang utama yaitu:

  • Manajemen Neraca, Arus Kas, dan Perencanaan Hutang
  • Perencanaan Pengelolaan Risiko dan Asuransi
  • Perencanaan Investasi
  • Perencanaan Pajak
  • Perencanaan Pensiun
  • Perencanaan Transfer Kekayaan / Warisan / Hibah

Saya yakin sekali bahwa banyak orang mengerti teori maupun logika dari manfaat investasi dan proteksi diri di masa depan. Namun, kenapa ya masih banyak masyarakat Indonesia di sekitar kita yang menunda-nunda? Penjelasan yang paling mungkin adalah bahwa ada semacam kecenderungan bahwa masyarakat kita sudah terlanjur maunya yang instan saja. Melihat ada hasil yang lebih cepat? Ambil, dan kelak bisa saja menyesal karena ternyata itu adalah investasi bodong.

Singkatnya, manusia cenderung berpikir jangka pendek. Manusia akan mengusahakan dan merealisasikan apa pun rencana yang hasilnya sudah bisa kelihatan saat ini. Kalau hasilnya belum bisa dirasakan segera, mengapa harus prihatin menunggu investasinya berbuah 5 tahun, 10 tahun, atau bahkan 30 tahun mendatang?

Sama halnya dengan proteksi diri, karena risiko yang coba untuk diantisipasi akibatnya belum terjadi saat ini. Bahkan mungkin saja kita berasumsi risiko tersebut tidak akan pernah terjadi di masa depan. Karena memang belum dirasakan saat ini, maka kita secara alamiah akan melakukan penundaan.

"Lalu kapan sebaiknya mulai berinvestasi dan berproteksi diri?"

Kapanpun anda bertanya hal itu, maka saat itulah jawabannya. Lebih cepat lebih baik. Semakin muda semakin baik. Ada hal yang harus diperhatikan dalam dunia investasi---para akademisi menyebutnya dengan konsep Time Value of Money---yaitu bahwa momentum percepatan dan pertumbuhan nilai aset investasi jangka panjang justru akan semakin kuat terasa jika kita memulainya sedini mungkin.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline