Ancaman penyalahgunaan narkoba dan zat terlarang (narkotika, psikotropika dan zat aditif) telah menjadi fenomena global dan bahaya kemanusiaan bagi warga di tingkat lokal, nasional, regional dan global. Tak terkecuali Indonesia dan menghadapi ancaman serius mengingat jumlah penggunanya yang terus meningkat setiap tahunnya. Perkembangan teknologi informasi juga menyebabkan pesatnya pertumbuhan dan perluasan penyalahgunaan narkoba. Komunikasi antara pengguna, pedagang, dan pemasok mudah dilakukan secara online
Sebagai organisasi regional yang mengawal kerjasama 10 negara di Asia Tenggara, ASEAN memiliki ruang lingkup kegiatan yang tidak terbatas, dan pengaruhnya tidak terbatas pada Asia Tenggara, dan Asia sangat besar. Oleh karena itu, dalam kerangka kerja sama ASEAN, asosiasi telah membuat kemajuan dalam memerangi berbagai kejahatan lintas batas. Meskipun ASEAN tidak dalam arti militer, ASEAN telah memainkan peran penting dalam memastikan keamanan negara-negara anggota sejak awal. Mencapai dan memelihara perdamaian dan netralitas di Asia Tenggara adalah tujuan mendasar dari proyek ASEAN.
Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara sangat prihatin dengan penyebaran berbagai kegiatan kriminal di perbatasan, termasuk penyelundupan obat-obatan berbahaya dan penyalahgunaan narkoba. Selama ini skala dan jenis kejahatan transnasional seperti pencucian uang, perdagangan orang, narkotika dan psikotropika, kejahatan teroris, penyelundupan senjata, penipuan bank, pembajakan, korupsi, illegal fishing, cybercrime, dan lain-lain. . Kejahatan lintas batas baru yaitu pemalsuan barang dan dokumen perjalanan
Deklarasi ASEAN tentang Kejahatan Transnasional adalah Deklarasi Kerjasama ASEAN pertama untuk mengatasi kejahatan transnasional. Deklarasi tersebut disepakati pada Konferensi Menteri Dalam Negeri ASEAN yang diadakan di Manila pada tahun 1997. Pertemuan ini juga merupakan tonggak pertama dari kesepakatan yang dicapai di Forum ASEAN. Forum ASEAN juga membahas isu kejahatan transnasional melalui kerjasama dan koordinasi regional.
Dalam peta dunia perdagangan narkoba, posisi Indonesia telah berubah dari "negara yang lewat" menjadi "negara tujuan" peredaran narkoba ilegal. Secara geografis, Indonesia sangat mendukung karena terletak di antara dua benua Asia dan Australia serta Samudra Pasifik dan laut Indonesia. Alam sebagai negara kepulauan terbesar (17.508 pulau) dengan pantai terpanjang dan perbatasan terpanjang bisa jadi tujuan Segitiga Emas di negara penghasil opium terbesar di Asia, Laos, Thailand dan Myanmar. Meski pengalihan produksi kimia diyakini telah menjadikan China sebagai pemasok dan pengelola bisnis farmasi terbesar di Indonesia saat ini.
Rute obat-obatan terlarang ke Indonesia secara tradisional dilakukan melalui berbagai bandara di berbagai kota di Indonesia. Peredaran gelap narkoba melalui udara dari luar negeri ke Indonesia tercatat meliputi Amerika Serikat dan Jakarta; Malaysia Jakarta Malaysia-Tangerang Nairobi - Abu Dhabi - Jakarta; Cina - Jakarta; Belanda - Jakarta; Iran Ghana - Jakarta - Surabaya; Nigeria - Jakarta - Bekasi; Nairobi - Doha - Jakarta; Kuala Lumpur - Jakarta - Surabaya; Malaysia - Jakarta - Bandung; Guandong Jakarta; Hongkong - Jakarta (BNN, 2015).
Di antara berbagai jenis narkoba yang beredar di Indonesia, ganja, metamfetamin dan ekstasi adalah yang paling umum digunakan, mencapai 85% dari seluruh pecandu di Indonesia. Misalnya, menurut United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC), Indonesia memiliki setidaknya 44 jenis psikotropika (NPA) baru dari 461 rencana aksi nasional di seluruh dunia. Tidak hanya jenis sabu yang dipasok dari luar negeri, tetapi juga sabu (methamphetamine) yang telah berhasil diproduksi massal di Jepang. (DW, 2018).
Manajemen Penyalahgunaan Narkoba
Presiden Joko Widodo mengambil sikap tegas karena angka penyalahgunaan narkoba belum menurun. Publik terkagum-kagum dengan penolakan Presiden untuk meminta pengampunan bagi 64 terpidana mati narkoba, sesuatu yang belum diputuskan di bawah Presiden Sushilo Bambang Yudhoyono sejak 2014. Hukuman mati bagi terpidana narkoba telah menjadi isu kontroversial di kalangan ahli sejak Bali Nine ( Kasus Lopes) dan Lai, 2009: 77-296, Presiden Joko Widodo menegaskan dalam keterangannya:
Kesalahan ini tidak bisa dimaafkan karena umumnya kota-kota besar yang telah merusak masa depan generasi penerus negara karena kemenangan individu dan kolektif. Sedikitnya 4,5 juta orang Indonesia menerima laporan penggunaan narkoba. Dari jumlah tersebut, 1,2 juta sakit parah. Dan 3.040 orang meninggal karena narkoba setiap hari, membuat rehabilitasi tidak mungkin dilakukan. Menolak untuk meminta maaf atas apa yang telah dilakukan sangat penting sebagai terapi kejut bagi pedagang dan pengguna."
Dalam hal penuntutan dan pemidanaan, ASEAN akan membentuk komisi khusus untuk menyelidiki dan menyelesaikan setiap kasus perdagangan manusia. Kerjasama antar negara harus berlangsung dalam kerangka penegakan hukum dalam negeri. Pelaku harus dipojokkan selama pelaku masih berada di negara lain dan penangkapannya masih merupakan sindikat lain yang terkait dengan terdakwa. Berurusan dengan kegiatan khusus ASEAN adalah perang ASEAN melawan perdagangan manusia. ASEAN melindungi hak melalui ACTIP memberikan landasan bagi masyarakat manusia dan perlindungan bagi semua negara anggota tanpa kecuali