Fenomena mudik adalah keniscayaan yang dilakukan oleh hampir setiap orang yang hidup di perantauan. Indonesia sebagai negara dengan gelombang manusia terbesar di dunia termasuk dalam kategori yang warganya melakukan arus mudik secara intens.
Gelombang besar manusia itu berbanding lurus dengan jumlah populasi atau tingkat kepadatan yang menjadikan Indonesia sebagai negara terbesar di Asia setelah China dan India.
Populasi manusia yang besar itu menjadi faktor utama pendorong perpindahan dan persebaran penduduk dari daerah satu ke daerah lainnya. Perpindahan itu umumnya dilakukan dari daerah rural (pedesaan) ke daerah urban (kota) atau sebaliknya, yang meskipun lebih jarang terjadi tetapi jumlahnya tetap signifikan. Jika orang-orang yang merantau atau melakukan perpindahan dari daerah rural ke daerah urban disebut urbanisasi, maka perpindahan dari daerah urban ke daerah rural disebut ruralisasi. Lebih jauh lagi ruralisasi juga mencakup kegiatan transmigrasi.
Masyarakat negeri kita adalah masyarakat yang terbilang lentur. Sekeras apapun jaman menempa, semakin besar pula daya juang mereka terhadap pusaran dinamika waktu.
Para perantau dengan berbagai latar belakang sosialnya berusaha melestarikan tradisi mudik. Seakan dengan atau tanpa adanya kesepakatan, mereka senantiasa meluangkan waktu untuk bisa kembali pulang ke tanah kelahirannya.
Pada gilirannya atau jika saat yang telah direncanakan tiba, mereka akan pulang kampung dari tanah perantauan. Waktu-waktu mudik biasanya bergulir secara periodik dan bersiklus dari bulan ke bulan, tahun ke tahun atau pun pada waktu yang lain sebagainya.
Pada kegiatan mudik itu tersemat perasaan yang selalu terjaga, rasa rindu pada suasana atau pun kepada orang-orang yang berasal dari masa kecil mereka. Kerikil dan lika-liku selagi di tanah rantau tak menjadi halangan berarti, demi mewujudkan tujuan mereka bisa bersua dengan saudara atau kerabat.
Di mana mereka dapat bertukar kisah tentang suka-duka dan rona kehidupan. Bahkan kebahagian itu tetap ada seandainya hanya dengan menyaksikan kampung halamannya dari jarak dekat.
Melihat kembali tanah kelahiran tentunya akan menjadi obat rindu setelah beberapa lama tinggal di perantauan. Niscaya sekembali dari kampung halaman, akan terbitlah cita-cita dan harapan baru, energi yang menjadi bekal penting untuk menyongsong masa depan.
Lihat saja puluhan lagu telah terinspirasi dari mudiknya insan perantauan. Misalnya seperti potongan bait lagu Rindu Rumah yang dipopulerkan oleh Yeni Inka berikut ini, "Rindu memaksaku untuk kembali
Menengok kenangan masa kecilku