Lihat ke Halaman Asli

Vincent Setiawan

A person who loves to write and inspire others

Saya Benci Kegagalan

Diperbarui: 23 April 2022   21:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Sejak SD, saya sudah sering sekali mengikuti berbagai macam perlombaan. Dari mulai menyanyi, olimpiade, kompetisi band, hingga kompetisi debat bahasa Inggris yang membentuk diri saya sampai sekarang ini. Lalu mengapa saya masih benci kekalahan?

Sederhananya, karena definisi kekalahan yang saya pegang. Kekalahan bagi saya bukanlah ketika saya kalah dalam pertandingan. Kalah dalam perlombaan dan pertandingan adalah hal yang biasa. Saya senang malah ketika kalah. Karena seringkali, hubungan pertemanan jadi lebih terjalin di antara "pihak-pihak yang kalah". 

Namun, kekalahan menurut definisi saya adalah ketika saya kalah sebelum bertanding serta saya tidak berkembang dari kekalahan sebelumnya. Hal ini benar-benar terjadi ketika saya hendak menghadapi Kota Bogor pada pertandingan NSDC tingkat provinsi Jawa Barat. Kota Bogor yang diisi oleh speaker-speaker unggulan dari Regina Pacis Bogor menghancurkan mentakl tim saya. Hal ini adalah pukulan keras bagi saya.

Saya sangat membenci momen kekalahan saya itu. Bukan ketika tim kami tidak bisa lolos melawan Bogor, namun ketika tim kami sudah tidak ada harapan dan semangat bertanding. Kekalahan yang bahkan lebih telak daripada kekalahan melawan kota Bogor. 

Adapun saya juga membenci kekalahan dalam artian tidak berkembang. Hal ini terjadi ketika saya merasa skill gitar listrik saya stuck. Saya tidak pernah bisa naik dari titik itu, sekuat apapun saya belajar. Seperti ada halangan dari tubuh biologis saya sendiri, tangan saya seringkali "terpleset" ketika memencet senar di atas gitar. 

Juga, ketika saya merasakan stress berat ketika teman saya mengalami DO saat SMA. Hal itu benar-benar kekalahan yang sangat berat untuk saya. Bahkan, hampir semua aspek dalam hidup saya hancur hanya dalam waktu 2 tahun saja. 

Oleh sebab itulah, saya cukup membenci kekalahan. Kekalahan seringkali menghancurkan saya lebih dari yang seharusnya. Namun, apakah saya berhenti setelah kalah? Tidak. 

Saya selalu mencoba bangkit kembali, memulai apa yang bisa saya mulai lagi dan mengubur yang sudah hancur apabila hal tersebut benar-benar sudah rusak. Hal ini saya buktikan dengan saya mendirikan komunitas Pemuda Samsara, menjadi Ketua KMB di President University, dan juga mulai aktif menulis dan menginspirasi banyak orang. Saya bukanlah orang yang suka dengan kekalahan, oleh sebab itu, saya selalu ingin cepat-cepat pergi dari keadaan kalah. 

Kemenangan terbaik bukanlah ketika kamu mendapatkan piala besar. Kemenangan terbaik adalah ketika kamu bisa benar-benar bangkit dan berlari jauh daripada dirimu di masa lalu dan memberikan dampak bagi sesama. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline