Lihat ke Halaman Asli

Vincent Setiawan

A person who loves to write and inspire others

Punya Masalah dalam Berbisnis itu Wajar

Diperbarui: 19 Maret 2021   13:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi economic bubble

Siapa yang sekarang bisnisnya sedang mengalami masalah? Mungkin banyak ya. Saya juga salah satunya. Bisnis joki dan cupang saya sedang tidak berjalan dengan baik. 

Punya masalah dalam bisnis itu wajar saudara. Justru, kalau bisnis berjalan mulus-mulus terus, kita harus curiga. Loh kok begitu? Iya benar memang begitu. Mari saya jelaskan.

Bisnis itu memang harus selalu ada naik turunnya, ada saat di mana mereka untung dan ada yang harus sedikit merugi. Karena memang bisnis yang baik itu bersifat siklikal, kecuali untuk beberapa hal yang memang pangsa pasarnya luar biasa besar. Namun, untuk bisnis-bisnis yang pangsa pasarnya sangat spesifik, seharusnya berjalan secara siklikal (meskipun harus dalam batas wajar). 

Sebagai contoh, ketika anda bergerak di bisnis bunga atau tanaman, pasti ada masa-masa di mana tanaman akan sangat jarang yang beli. Sepertinya sih di musim kemarau yang sedang puncak-puncaknya. Itu wajar saudara, karena pembeli pun kebanyakan takut kalau membeli dalam keadaan super panas. Adapun, misalnya bisnis cupang saya saat ini sedang dilanda hewan yang mati dalam jumlah banyak. 

Hal itu memang menyakitkan dan memusingkan saya, tetapi kalau di lihat, ini adalah momentum untuk berganti jenis dan membuat harga cupang yang sedang turun menjadi cukup naik kembali. See? Bisnis yang berjalan secara siklikal sebenarnya adalah metode alamiah untuk menyetabilkan harga. 

Nah, kebalikannya malah terdapat dalam bisnis yang spesifik tetapi keadaannya selalu lancar jaya. Bahkan, keuntungannya sudah "tidak tahu diri". Hal ini bisa menjadi indikasi jikalau anda sedang berjalan di dalam bisnis yang terkena economic bubble. Suatu indikasi, jikalau anda tidak cepat-cepat keluar, anda malah jadi gigit jari.

Apa itu economic bubble? Sederhananya begini saudara, ketika harga sedang bullish, dan semua orang berbondong-bondong mengincar suatu barang yang sedang trend, harga akan naik secara signifikan karena stock di masyarakat berkurang. Hal ini bukanlah fenomena yang terjadi secara wajar seperti kasus ikan cupang atau tanaman saya tadi, tetapi hal ini adalah suatu kenaikan harga yang "dipaksakan". 

Harga barang yang diperjualbelikan dipaksa untuk naik ke level tertentu dengan sistematika pasar. Hal ini tentunya tidak sehat bagi perekonomian. Kasus-kasus seperti ini bisa ditemui di kasus ikan lohan, janda bolong, batu akik, dan hal-hal lainnya seperti coffee shop.

Nah, ketika harga naik terus menerus, pasar pun akan masuk ke dalam kondisi bubble tadi. Seperti yang kita tahu, bahwa pasar dibangun oleh dua unsur yaitu demand and supply. Bayangkan saja jikalau demand terus tinggi tetapi supply terbatas, harga pasti akan terus naik dan naik terus hingga pada suatu saat mencapai batas harga tertingginya. 

Tau apa yang akan dilakukan ketika harga sudah terlampau tinggi? Ya, pastinya para pembeli yang membeli di harga murah ingin mendapat keuntungan dengan menjualnya kembali. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline