Lihat ke Halaman Asli

Rebelling Against Mother Nature with the Power of Adaptation

Diperbarui: 21 September 2017   22:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

"PERUBAHAN, ADALAH SATU-SATUNYA HAL YANG KONSTAN DALAM KEHIDUPAN."

-Heraclitus

Seperti halnya pendapat Heraclitus, alam juga adalah sesuatu yang selalu berubah. Alam adalah suatu tempat yang kejam, karena ia tidak akan segan-segan melakukan perubahan itu walaupun harus memusnahkan sebagian besar spesies di permukaan bumi. Maka, untuk melawan kekejaman alam, para makhluk hidup menyesuaikan diri agar tidak terseleksi oleh alam. Salah satu caranya adalah adaptasi dalam tingkat fungsional terkecil, adaptasi sel.

Adaptasi sel adalah proses penyesuaian sel terhadap lingkungannya untuk mempertahankan fungsi sel. Adaptasi sel dapat berupa perubahan pada jaringan dan sel, seperti perubahan jumlah sel, perubahan ukuran sel, penambahan atau pengurangan volume jaringan, dan peningkatan pembelahan sel. Selain itu, adaptasi pada sel juga dapat berupa perubahan pada organel sel, seperti perubahan bentuk dan ukuran organel maupun perubahan distribusi organel. Adaptasi-adaptasi tersebut kadang dapat kembali ke keadaan semula maupun tidak dapat kembali ke keadaan semula.

Seperti sudah disinggung pada uraian adaptasi sel, adaptasi sel mempengaruhi jaringan. Jaringan adalah kumpulan sel yang mempunyai bentuk, fungsi, dan struktur yang sama. Contoh jaringan adalah jaringan pada hewan dan tumbuhan. Jaringan pada tumbuhan dibedakan menjadi dua berdasarkan aktivitas pembelahannya yaitu jaringan meristem dan jaringan dewasa. Jaringan meristem merupakan jaringan yang sel-selnya masih aktif membelah diri, sedangkan jaringan dewasa merupakan jaringan yang sel-selnya sudah tidak aktif membelah diri. Jaringan meristem dibedakan menjadi dua berdasarkan asalnya, yaitu meristem primer (berasal dari sel-sel inisial) dan meristem sekunder (berasal dari jaringan dewasa). Sedangkan berdasarkan posisinya meristem dibedakan menjadi empat, yaitu meristem apikal (di ujung batang dan akar), interkalar (di antara jaringan dewasa), dan lateral (di samping).

Jaringan dewasa terdiri dari jaringan epidermis atau pelindung, jaringan dasar, jaringan vaskuler atau pengangkut, dan jaringan felogen. Jaringan epidermis terletak pada bagian permukaan organ-organ tumbuhan dan bersifat transparan. Jaringan dasar menyusun sebagian besar bagian tumbuhan. Jaringan dasar dapat dibedakan menjadi dua yaitu jaringan parenkim dan jaringan penyokong. Jaringan parenkim ada yang berfungsi sebagai penyimpan makanan dan ada yang berfungsi untuk fotosintesis. Jaringan penyokong dibedakan menjadi dua yaitu sklerenkim dan parenkim. Jaringan sklerenkim berfungsi untuk menyokong tumbuhan yang sudah tua, sedangkan jaringan kolenkim berfungsi untuk menyokong tanaman yang masih muda. Sedangkan jaringan pengangkut berfungsi untuk mengangkut air, mineral, dan hasil fotosintesis.

Jaringan pada hewan dibedakan menjadi empat jaringan dasar, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf. Jaringan epitel merupakan membran atau kelenjar yang melapisi permukaan luar atau membatasi permukaan dalam suatu rongga. Jaringan epitel dibedakan menjadi lima berdasarkan bentuknya, yaitu jaringan epitel pipih, kubus, silindris, transisional, dan kelenjar.

Jaringan ikat merupakan jaringan yang berfungsi untuk mengikat dan menyambung antarjaringan. Jaringan ikat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu jaringan ikat padat, jaringan ikat sejati, dan jaringan penyokong. Jaringan otot adalah jaringan yang berfungsi untuk memberikan gerakan mekanis, sehingga memiliki banyak pembuluh kapiler darah. Jaringan otot dibedakan menjadi tiga, yaitu jaringan otot polos (terletak pada saluran pencernaan, dinding pembuluh darah, saluran pernapasan, dan lain-lain), otot lurik (terletak pada tulang rangka), dan otot jantung (terletak pada jantung). Jaringan saraf berfungsi untuk menghimpun rangsangan dari lingkungan, mengirim pada bagian penerima, dan memberi respon pada organ yang akan membalas rangsangan. Jaringan saraf tersusun atas sel saraf atau neuron dan sel penyokong atau neuroglia.

Ketika berbicara tentang jaringan hewan, tumbuhan, dan adaptasi sel, muncul sebuah pertanyaan. Jaringan apa yang lebih mudah melawan perubahan alam? Apakah jaringan tumbuhan? Ataukah jaringan hewan? Maka, esai ini akan membahas secara analitis tentang jaringan mana yang lebih mudah beradaptasi berdasarkan studi pustaka dan literatur yang telah saya lakukan.

Pertama-tama, saya akan melihat dari banyaknya sel yang mengalami spesialisasi dari masing-masing jaringan. Pada tumbuhan, jaringan epidermis memiliki beberapa sel yang melakukan spesialisasi, seperti stomata yang memiliki fungsi untuk mengatur penguapan, trikoma yang memiliki fungsi untuk melindungi diri dari pemangsa, silika yang memiliki fungsi untuk memperkuat batang, dan lain-lain. 

Fungsi tersebut lebih spesifik daripada fungsi epidermis yang hanya sebagai perlindungan. Sedangkan pada hewan, jaringan terluar yang memiliki fungsi sebagai perlindungan adalah jaringan epitel. Jaringan epitel pada hewan mengalami banyak spesialisasi terhadap bentuk selnya, seperti berbentuk pipih, kubus, silindris, transisional, dan kelenjar. Spesialisasi tersebut berfungsi supaya sel-sel lebih mudah menjalankan fungsinya sebagai satu kesatuan jaringan epitel. Contoh fungsi-fungsinya adalah untuk proteksi, absorpsi, sekresi, ekskresi, menerima rangsangan dari lingkungan, dan lain-lain. Proteksi digunakan untuk melindungi permukaan tubuh yang biasa terkena tekanan, gesekan, maupun dehidrasi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline