Lihat ke Halaman Asli

Dimas Sanubari

Mahasiswa Kampus Ungu Semarang

Kecanduan Sosial Media Berujung Krisis Identitas

Diperbarui: 3 April 2022   16:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto: https://weddingkumagazine.wordpress.com/

Seiring berkembangnya sosial media pada masa kini semakin bervariasi fiturnya serta menjadikan wadah juga untuk menghubungkan banyak orang dan sekaligus sosial media sangat membantu sekali ketika kita ingin update informasi terbaru. 

Sosial media pun tidak ada batasan umur untuk penggunaannya dan semua orang bebas mengekspresikan apa yang dia inginkan ketika ingin mengunggah postingan seperti foto, video, musik, status, dan masih banyak lagi.

Perkembangan digital semakin canggih dan tidak bisa dipungkiri kalau arus informasi akan mudah didapat secara cuma-cuma, nah dari hal tersebut secara tidak langsung kita akan disuguhkan hal-hal yang ada di dunia maya kepada diri kita sendiri dan bisa jadi setiap orang masing-masingnya akan menjadi ketergantungan terhadap sosial media terkhusus remaja karena di  usianya yang bisa dikatakan masih muda pasti sangat haus dengan informasi atau konten-konten yang sedang tenar pada masanya. 

Menurut Soejipto (Noviana Dewi, Stefanus Khrismagung Trikusimaadi, 2006 : 227) mengungkapkan bahwa  kecanduan internet memiliki gejala psikologis antara lain perasaan euforia, kemampuan mengontrol pemakaian internet, menambah waktu untuk berinternet, kemampuan bersosialisasi berkurang, depresi, suka berbohong, dan bermasalah secara sosial. Ketika individu mulai kecanduan internet, individu tersebut cenderung menarik diri dari dunia nyata.

Maka bisa dikatakan bahwa sosial media pada masa kini memang sangat dibutuhkan kalangan semua orang, namun hal yang tidak bisa kita hindari adalah cara mengontorol waktu penggunaanya dan setiap masing-masing orang pasti lebih asik melihat kehidupan orang lain yang ada pada dunia maya contohnya seperti selebram, artist, atau mungkin influencer. 

Dan pada akhirnya setiap individu membandingkan kehidupan dirinya sendiri dengan orang lain karena menurut saya media sosial sudah seperti menjadi lingkungan sosial yang di mana itu juga mempengaruhi identitas dirimu sendiri.

Semakin banyak referensi  yang kita temukan di sosial media akan semakin membuat bingung pada diri kita sendiri. Mungkin penggambaran contoh kasus yang biasanya terjadi pada beberapa orang yaitu ketika melihat kehidupan orang lain yang biasanya selalu update lalu secara tidak sadar kita ingin hidup seperti orang lain, padahal setiap individu mempunyai kondisi fisik, sosial, psikologis yang berbeda-beda. Jadi pertimbangan untuk nilai-nilai maupun kebudayaan yang berlaku di lingkungan juga berbeda. 

Banyak orang menafsirkan kalau sosial media sebagai ajang pamer, entah pamer kekayaan, pamer otak, apa pun itu. Kalau kasusnya orang sedang berproses mencari jati diri, kemungkinan akan merasakan perbandingan-perbandingan tersebut akan menjadikan semakin jauh dari jawaban yang diinginkan karena belum tentu setiap individu masing-masing ingin mengaplikasikan diri kita untuk menjadi diri kita sendiri.

Teori yang mengenai krisis identitas ini lahir karena Erickson percaya bahwa hal ini merupakan masalah kepribadian yang sering dihadapi banyak orang dalam hidupnya. 

Apakah anda pernah merasakan iri karena melihat postingan teman di sosial media? Atau mungkin anda pernah mengunggah postingan yang mengarah ke self center? Proses pembentukan identitas akan terjadi ketika di masa remaja. 

Apalagi identitas akan terus berkembang dan bisa saja berubah-ubah tergantung kondisi di sekitarannya, dinamis bukan? Ini hal yang wajar. Untuk mengkonsistenkan suatu karakter identitas amatlah susah, hal tersebut kembali lagi kepada diri kita masing-masing.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline