Antibodi Anti-nuklear
Istilah antibodi anti-nuklear masih sangat jarang sekali diketahui orang. Sebenarnya apa sih antibodi anti-nuklear itu? Dalam tubuh manusia, terdapat agen sistem pertahanan tubuh yang disebut antibodi. Umumnya, Antibodi berfungsi untuk melawan benda asing seperti bakteri atau virus yang masuk ke dalam tubuh manusia. Namun pada beberapa kasus, antibodi dapat menyerang sel-sel sehat dalam tubuh kita. Seseorang yang memiliki kelainan tersebut dapat dikatakan mengidap penyakit autoimun. Pada seorang pengidap autoimun, antibodi yang diproduksi akan melekat pada sel-sel sehat dalam tubuh dan akan merusaknya. Antibodi tersebut terbentuk akibat reaksi antara immunoglobulin M, G, atau A dengan nukleus dari sel-sel leukosit. Antibodi yang terbentuk akibat reaksi tersebut dapat disebut dengan antibodi anti-nuklear atau disingkat ANA. Dengan demikian, seseorang yang mengidap penyakit autoimun akan memiliki kadar ANA yang lebih tinggi dibandingkan dengan manusia normal.
Uji ANA dan SLE
Terus, bagaimana cara untuk mengetahui apakah kamu mengidap penyakit autoimun atau tidak? Untuk membantu dalam diagnosis penyakit autoimun, dapat digunakan uji ANA. Uji ANA (Antinuclear Antibody) merupakan suatu rangkaian tes yang bertujuan untuk mendeteksi ada atau tidaknya antibodi anti-nuklear dalam tubuh manusia. Uji ini dapat membantu untuk mendiagnosis penyakit autoimun seperti Systemic Lupus Erythematosus (SLE). Hubungan antara uji ANA dengan SLE cukup erat. Pada awalnya, uji ANA dikembangkan untuk membantu mendiagnosis penyakit SLE. Oleh karena itu, uji ANA merupakan salah satu tes yang sering digunakan dalam membantu diagnosis penyakit SLE. Hampir seluruh pengidap SLE memiliki hasil uji ANA yang positif. Meskipun demikian, beberapa orang yang tidak mengidap SLE juga dapat memiliki hasil uji ANA yang positif. Oleh karena itu, penyakit SLE tidak dapat didiagnosis menggunakan uji ANA saja, tetapi harus didukung oleh uji-uji lainnya. Selain SLE, terdapat beberapa penyakit autoimun lain yang juga dapat menggunakan uji ANA untuk membantu diagnosisnya seperti Systemic Sclerosis (SSc), Drug-associated lupus, dan Autoimmune hepatitis.
Faktor Lain yang Dapat Meningkatkan Kadar ANA
Apakah kalau hasil uji ANA kamu positif, kamu pasti terkena penyakit autoimun? jangan dulu panik ya teman-teman. Jika hasil tes ANA menunjukkan hasil positif, belum tentu kamu mengidap penyakit autoimun. Kadar ANA dalam tubuh bisa saja meningkat saat kita mengonsumsi obat-obat tertentu. Selain itu, orang yang berusia tua juga umumnya memiliki kadar ANA yang cukup tinggi. Hal ini juga menjadi alasan bahwa diagnosis penyakit autoimun tidak bisa dilakukan hanya dengan melakukan uji ANA saja.
Hasil Positif dan Negatif Uji ANA
Lalu, bagaimana seseorang bisa dikatakan positif atau negatif pada uji ANA? Biasanya setiap laboratorium memiliki standarnya masing-masing terhadap hasil positif dan negatif uji ANA. Umumnya, hasil negatif diberikan pada pasien yang memiliki kadar ANA kurang dari 20 unit, sedangkan hasil positif diberikan pada pasien yang memiliki kadar ANA lebih dari 60 unit. Hasil negatif uji ANA dapat digunakan untuk mengeliminasi beberapa penyakit yang diduga dapat meningkatkan kadar ANA dalam darah.
Hal yang Harus Diperhatikan Sebelum dan Sesudah Melakukan Uji ANA
Sebelum dan setelah melakukan uji ANA, ada beberapa hal yang harus diperhatikan nih. Jika kamu merasakan gejala-gejala autoimun, segera konsultasikan ke dokter terlebih dahulu. Sebelum melakukan uji ANA, kamu akan terlebih dahulu melakukan pemeriksaan fisik dan riwayat medis terlebih dahulu. Mengingat bahwa adanya faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil uji ANA, maka prosedur tersebut harus dilakukan. Uji ANA dilakukan dengan mengambil sampel darah yang kemudian akan dianalisis di laboratorium. Jika hasil uji ANA menunjukkan hasil positif, maka dokter akan menduga bahwa pasien mengidap penyakit autoimun. Langkah selanjutnya adalah melakukan serangkaian uji lainnya untuk mendiagnosis penyakit autoimun yang diderita. Jika hasil yang didapat menunjukkan hasil negatif, maka dokter akan menduga bahwa pasien tidak mengidap penyakit autoimun, sehingga akan dilakukan pemeriksaan lagi untuk mengetahui penyakit yang diderita pasien.