Lihat ke Halaman Asli

Vincent Aditya

Creative Manager and Graphic Designer | M.M. in Marketing Management

Sejarah Motif Paisley: Dari Timur ke Barat

Diperbarui: 6 September 2021   22:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi motif kain paisley. (Sumber: freepik.com)

Asal-usul motif Paisley

Motif paisley (Persia: boteh) adalah salah satu ragam hias populer yang berasal dari Persia. Kata Persia untuk motif kain paisley adalah boteh. Secara tradisional, boteh-jegheh (pola paisley) ditenun menjadi kain sutra atau wol yang disebut Termeh

Marco Polo, pada 1272, melewati beberapa kota di mana kain Termeh ditenun dan membuat tulisan mengenai kain tersebut yang membuat motif paisley semakin dikenal. 

Secara umum, ragam hias ini sering kali dianggap berbentuk seperti tetesan air. Meskipun demikian, ragam hias ini ditafsirkan berbeda-beda di berbagai negara. Di kalangan pembuat selimut (quilt) di Amerika, ragam hias ini disebut ‘asinan Persia’, sedangkan di kalangan industri tekstil di Wales, ragam hias ini disebut ‘buah pir’. 

Di Indonesia sendiri, ragam hias ini sering disebut keong atau keongan karena bentuknya yang menyerupai hewan keong, khususnya oleh kalangan pembatik. Dalam tradisi Hindu, motif ini dianggap berbentuk mangga dan bermakna kesuburan.  

Photo by Annie Spratt on Unsplash

Pada pertengahan abad ke-15 sampai abad 17, motif paisley hanya digunakan oleh kalangan bangsawan Persia. Kain syal pashmina dengan motif paisley ditenun secara tradisional dan khusus dari bulu kambing gunung. Kambing gunung di kawasan Asia Tengah ini setelah musim dingin akan merontokkan bulu-bulu mereka di semak-semak. 

Para penenun akan menjelajahi lereng-lereng gunung untuk mengambil bulu-bulu kambing tersebut. Setelah itu para penenun masih harus mewarnai dan menenun syal pashmina tersebut secara tradisional dengan tangan, kira-kira dibutuhkan waktu satu tahun untuk menyelesaikan satu syal pashmina. Hal inilah yang membuat syal pashmina menjadi sangat mahal harganya. 

Ketertarikan bangsa Eropa terhadap motif Paisley

The Silk Merchants karya Edwin Lord Weeks (Sumber: wikiart.org)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline