Lihat ke Halaman Asli

Mati itu Sebuah Keniscayaan

Diperbarui: 24 Juni 2015   09:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Jika suatu pagi kita masih bisa membuka mata, bernafas, dan menikmati hangatnya matahari, itu karena Tuhan masih memberikan kita kesempatan untuk bertaubat. Ya, bertaubat dari kesalahan-kesalahan kemarin. Sebesar apapun itu. Tuhan tak pernah malu memberikan kita kesempatan. Berulang-ulang. Dan berulang-ulang juga kita melupakannya.

Mungkin Tuhan hanya ingin mengingatkan kita bahwa mati sesungguhnya adalah keniscayaan. Kita hanya menunggu giliran bak bermain arisan. Dan jika suatu saat nama kita keluar, kita harus siap mengambil kertas itu dan pulang. Pulang menuju Tuhan yang menciptakan kita. Allah Azza Wa Jalla.

Saya juga sama seperti manusia kebanyakan yang tertatih menuju ampunan-Nya. Terkadang, bahkan malu berdoa atau sekadar meminta jika mengingat dosa. Tapi, toh Allah tak pernah malu menerima hamba-Nya. Bagaimana pun kondisi diri kita, setidaknya meminta ampunan adalah sebuah jalan. Jalan yang membawa kita kembali kepada-Nya.

Saya juga begitu malu saat pilihan itu datang hanya saat cobaan menghampiri. Ya, sangat malu. Namun, ini mungkin bagian dari takdir yang Allah tetapkan bagi saya. Dan saya hanya percaya setiap takdir itu baik. Bahkan, sebisa mungkin saya bersyukur ketika menerima cobaan. Insyallah.

Sekali lagi, mati adalah sebuah keniscayaan. Semua jiwa pasti akan merasakannya. Mungkin giliran saya hari ini, esok, atau lusa. Kita tak pernah tau. Tapi, semoga kita paham bahwa setiap pagi Tuhan memberikan kita kesempatan untuk bertaubat. Tak peduli betapa kacaunya hidup kita kemarin. Tuhan hanya ingin kita yang lebih baik hari ini, esok, dan seterusnya. Percayalah.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline