Lihat ke Halaman Asli

vina milananurdianti

civitas akademika

Kenali Fenomena Quarter Life-Crisis

Diperbarui: 2 September 2022   12:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Quarter Life-Crisis, gambar dok. pribadi

Fenomena Quarter Life-Crisis menjadi bahan pembicaraan utama di kalangan remaja yang sedang menuju dewasa. Bagi kalangan millenial, fenomena tersebut sudah tidak asing lagi di indera pendengar bahkan penglihatan karena seringkali wara-wiri di sosial media. Krisis ini dipicu oleh adanya ketimpangan antara tuntutan perkembangan masa dewasa menjadi mandiri baik secara mental, finasial, maupun karier dengan kemampuan individu untuk mengatasinya.

Berbagai stigma seperti "Ketika Menjadi Dewasa Tak Seindah yang Dibayangkan" selalu menyelimuti dan menjadi peristiwa yang nyata dan penuh tantangan. Jika seseorang sedang berada di fase ini pasti merasakan kehilangan sesuatu dan bertanya-tanya apa tujuan hidupnya bahkan apakah jalan yang diambil saat ini sudah benar. Satu-satunya yang harus dilakukan adalah mempersiapkan sebaik-baiknya masa dewasa tersebut. Salah satunya dengan mengenali fenomena Quarter Life Crisis.

Quarter Life-Crisis merupakan fase pencarian jati diri yang berpotensi terjadi di usia 20-30 tahun. Seringkali, fase ini ditandai oleh munculnya kebingunan tentang tujuan kehidupan karena disebabkan adanya berbagai pilihan hidup yang dipilih. Dampak dari fase ini terjadi pada kalangan millenial yang sering merasa insecure, kesepian, tidak nyaman, hingga depresi dalam hidupnya. Selain itu, juga timbulnya emosi negatif, seperti kecemasan, frustasi, hingga merasa kehilangan arah.  Terlepas dari hal tersebut, fase ini menjadi proses paling penting guna mengenali kepribadian secara mendalam dan mengetahui potensi yang dimiliki diri guna menjadi persiapan menghadapi masa depan.

Pahami gejala Quarter Life-Crisis

  • Sulit mengambil keputusan
    • Dalam fase ini, tekanan untuk mengambil keputusan seringkali menjadi lebih sulit. Seseorang memiliki rasa eksplorasi yang tinggi dan melakukan analisis yang berlebihan terhadap sesuatu yang berbeda. Bahkan sampai di titik ketakutan yang tinggi dengan resiko dari setiap pilihannya sehingga akan menjadi penghambat untuk bergerak maju. Tekanan paling besar adalah dalam memilih hidup yang penuh dengan petualangan atau menjadi dewasa.
  • Merasa kesepian
    • Selama quarter life-crisis, self- talk yang negatif akan meyakinkan diri sendiri untuk menarik diri dalam kehidupan bersosial. Self-talk negatif akan meyakinkan diri bahwa dirinya tidak special dan merasa hanya dirinya yang sedang berjuang, sedangkan orang lain sudah mencapai titik kesuksesannya. Akibatnya, tindakan ini akan membuat seseorang memilih mengisolasi diri dari kehidupan bersosial dan merasa kesepian.
  • Insecure
    • Salah satu gejala yang sering muncul dalam fase ini adalah timbulnya rasa insecure. Gejala ini didefinisikan memiliki kecenderungan membandingkan hidup orang lain dan merasa kehidupan mereka jauh lebih baik. Seseorang cenderung merasa khawatir yang berlebihan atas pencapaian orang lain, seperti dalam hal karier, financial, hubungan romantis, dan penampilan.

Cara menghadapi Quarter Life-Crisis

  • Lakukan self-love
    • Self love hanya akan menjadi ungkapan saja jika kalian tidak bisa mengenali diri sendiri. Temukan jawaban atas apa yang menjadi pertanyaan, seperti apa impian yang ingin dicapai, ketakutan terbesar, hingga kekuatan yang dimiliki. Pentingnya  self-love juga dipengaruhi oleh 4 aspek yang saling berkaitan, contohnya : self-awareness, self-worth, self esteem, dan self-care.
  • Kembangkan minat dan bakat yang dimiliki
    • Setelah seseorang melakukan self-love pasti akan menemukan minat dan bakat yang ada dalam diri sehingga mampu dikembangkan untuk mencapai impian. Untuk itu, self-love sangat penting agar pengembangan minat dan bakat bisa dilakukan.
  • Tidak membandingkan diri dengan orang lain
    • Tanpa disadari, kita sudah lama hidup bersosialisasi dengan sifat kompetitif. Hal ini membuat kita sering membanding-bandingkan diri dengan orang lain, padahal tidak ada manusia  yang sempurna. Setiap orang pasti memiliki proses yang berbeda dalam mencapai target. Jadi, fokuslah pada apa yang menjadi targetmu dalam hidup. Dengan begitu, kalian akan termotivasi untuk menjalani hari tanpa beban.



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline