Pada tanggal 11 Oktober 2023, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah ke level Rp15.738 per dolar AS. Pelemahan ini merupakan yang terburuk dalam 3 tahun terakhir.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan pelemahan rupiah, di antaranya:
- Kenaikan suku bunga The Fed
Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) telah menaikkan suku bunga acuan sebanyak 75 basis poin pada bulan Juni 2023. Hal ini dilakukan untuk meredam inflasi di Amerika Serikat yang mencapai 8,6% pada bulan Mei 2023.
Kenaikan suku bunga The Fed membuat dolar AS menjadi lebih menarik bagi investor. Akibatnya, permintaan dolar AS meningkat, sehingga nilainya menguat terhadap mata uang lain, termasuk rupiah.
- Perang Rusia-Ukraina
Perang Rusia-Ukraina yang masih berlangsung juga turut memicu pelemahan rupiah. Perang ini menyebabkan ketidakpastian global, sehingga investor cenderung menghindari aset berisiko, seperti aset di negara berkembang, termasuk Indonesia.
- Kenaikan harga komoditas
Kenaikan harga komoditas, seperti minyak mentah dan batu bara, juga turut menekan rupiah. Hal ini karena Indonesia merupakan negara penghasil komoditas tersebut.
Kenaikan harga komoditas menyebabkan Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan. Defisit neraca perdagangan membuat rupiah menjadi lebih lemah terhadap dolar AS.
- Inflasi di Indonesia
Inflasi di Indonesia juga turut menekan rupiah. Inflasi di Indonesia pada bulan Juni 2023 mencapai 4,35%, yang merupakan yang tertinggi dalam 5 tahun terakhir.
Inflasi yang tinggi membuat Bank Indonesia (BI) harus menaikkan suku bunga acuan. Kenaikan suku bunga BI membuat rupiah menjadi lebih lemah terhadap dolar AS.
Dampak Pelemahan Rupiah
Pelemahan rupiah memiliki beberapa dampak negatif, di antaranya:
- Meningkatkan biaya impor