Ima dan Wulan adalah dua sahabat yang tinggal berjauhan. Ima sejak menikah tinggal bersama suaminya di Kalimantan. Selama 6 tahun sejak kepindahannya ke pulau seberang, mereka tak pernah bertemu lagi. Sesekali mereka melepas rindu dengan melakukan video call singkat.
Sejak mereka kuliah, mereka adalah dua sahabat yang kocak. Ketika mereka bersama pasti ada saja yang menggelitik dan bahan untuk bercanda.
Wulan dan Ima sama-sama memiliki karakter humoris dan mudah bergaul, sehingga kehadiran mereka selalu menjadi pencair suasana dalam sebuah perkumpulan.
Sudah 8 bulan ini wulan naik jabatan dan pindah tempat kerja ke Jakarta. Sebelumnya, ia bekerja di tanah kelahirannya di Tegal. Sejak lahir hingga kini usianya menginjak 30 tahun ia tak pernah pergi jauh. Wulan rasanya tidak punya alasan untuk pergi ke pulau seberang. Selain karena seluruh keluarganya yang menetap di Tegal, Wulan juga merupakan pegawai pemerintah biasa dengan gaji pas-pasan.
Sore itu di kantor wulan Pak Wing pegawai administrasi memberikan surat kepadanya. Wulan bertanya apa apa isi surat itu, Pak Wing menjelaskan kalau wulan ditugaskan untuk melakukan perjalanan dinas ke Martapura Kalimantan Selatan minggu depan.
Mendengar kabar itu hati wulan sangat senang, ia langsung membayangkan bertemu dengan sahabatnya disana.
Wulan pergi bersama 5 orang rekannya. Saat duduk di pesawat untuk pertama kalinya tak karuan rasanya hati wulan, ia senang bisa naik pesawat, tapi ia juga takut jatuh saat pesawat sudah terbang. Dila yang duduk disamping melihat kepanikan wulan saat pesawat lepas landas. Ia mencoba menenangkannya dengan mengajak ngobrol wulan.
Tugas selama 3 hari di Martapura ahirnya selesai. Keesokan harinya wulan dijadwalkan akan kembali ke Jakarta pada sore hari. Jadi wulan berencana untuk menemui ima di pagi harinya.
Sore itu saat ia berjalan-jalan di tepi sungai Martapura ia teringat sebuah puisi yang ditulis sastrawati ternama Edrida Pulungan yang berjudul "Perempuan yang Merindu Martapura". Wulan meminta Dila untuk merekamnya saat membacakan puisi disamping sungai.
"Puisi ini kupersembahkan untuk Sahabatku Ima. Perempuan yang Merindu Martapura. Berlayarlah perahu-perahu, membawa kabar bahagia dari kota, jika di tengah sungai engkau temui kembang mawar, bawakan padaku selepas subuh, bawakan juga segenggam senyum ibu-ibu yang menjual, sayur-sayuran segar, buah-buahan dan kue-kue manis beraroma hujan, di sampan yang landai,"