Lihat ke Halaman Asli

Vina Fitrotun Nisa

partime journalist

Nasionalisme Itu Bernama Gotong Royong

Diperbarui: 4 April 2020   07:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: https://headtopics.com/

Jika saat ini dilakukan survey mengenai apa satu hal yang paling ditakutkan, niscaya 99% masyarakat menjawab Covid-19. Mahluk ini tidak seperti penjajah atau pemberontak yang membunuh dengan senjata, bukan pula teroris yang melakukan aksi dengan bom. 

Covid-19 tidak terlihat oleh kasat mata, tetapi jika sudah terinfeksi reaksinya bisa mengerikan. Ada persamaan dan perbedaan antara covid-19 dengan penjajah dan pemberontak.

Persamaannya keduaya sama-sama menjadi ancaman bagi ketahanan sebuah negara. perbedaannya adalah covid-19 menjadi ancaman bagi warga negara karena yang diserang adalah masyarakat namun covid-19 tidak peduli dengan wilayah kekuasaan, sedangkan penjajah menginginkan wilayah dan ingin menguasai apapun yang terkandung didalamnya baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia.

Kita tahu bersama, Indonesia pernah mengalami masa penjajahan yang cukup panjang. hal ini pun menimbulkan implikasi negatif, salah satunya adalah adanya stigma yang dilontarkan dunia kepada kita sebagai negara ketiga, negara tertinggal dan sebagainya. 

Meskipun saat ini kita sudah mampu merangkak menuju titel negara maju namun perjuangan tersebut tidaklah mudah. Dahulu, untuk mencapai sebuah kemerdekaan para pejuang kemerdekaan, masyarakat dan semua elemen masyarakat bergotong royong berperang melawan penjajah berkumpul untuk merumuskan dasar dan institusi negara. 

Perjuangan tersebut tentunya hadir dari spirit yang bernama nasionalisme. Kecintaan terhadap tanah air Indonesia yang dilatarbelakangi oleh kesamaan nasib dan cita-cita. Kesulitan untuk merebut sebuah kemerdekaan nampaknya harus terus diingatkan dan diceritakan kepada generasi muda, supaya spirit dan kontinyuitas untuk menjaga Indonesia terus terjaga.

Berbicara penerus Indonesia tentunya berbicara tentang pemuda. Pemuda adalah orang yang berusia antara 16 hingga 30 tahun menurut UU No 40 tahun 2009.

Sementara itu jika mengacu pada konsep Howe dan Straus (2000) mengenai klasifikasi usia, kategori tersebut dinamakan sebagai generasi millenial untu saat ini, yaitu mereka yang terlahir antara tahun 1980-1999. 

Berbeda dengan generasi sebelumnya, pemuda hari ini nampaknya sering disindir oleh generasi xer dan baby boomer memiliki semangat juang yang rendah dan kurang nasionalis. Namun faktanya bernarkah demikian?

Nasionalisme menurut Paul Gilbert (1998) adalah setia kepada satu bangsa seringkali disamakan dengan patriotism. Sementara itu dalam arti sempit, Nasionalisme menurut Natalie Koch dan Anssi Paasi (2016) dapat ditunjukkan dengan melakukan segala hal yang dibuat oleh bangsanya seperti menonton TV nasional, membaca koran nasional, mengingat nama-nama pahlawan nasional, mempelajari sejarah nasional dan lain sebagainya.

Generasi millenial dalam komposisi kependudukan Indonesia memiliki posrsi yang cukup besar. Prosentasenya menurut BPS (2017) yakni sebanyak 33,75% dari seluruh populasi di Indonesia dan hampir berimbang jumlahnya antara laki-laki dan perempuan. dalam aspek sosial dan ekonomi penduduk produktif tentunya merupakan sumber daya penggerak dan pendukung Indonesia menuju negara maju. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline