KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3. 1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN
SEBAGAI PEMIMPIN
Oleh: Vina Esti Suryani (CGP Angkatan 7, Jawa Tengah)
Kehadiran pemimpin yang bijak, inovatif, berpegang teguh pada nilai-nilai kebajikan sangat berpengaruh terhadap budaya positif di institusi yang dipimpinya. Salah satu tantangan yang dihadapi pemimpin dalam menjalankan tupoksinya adalah membuat keputusan yang bertanggung jawab dan berbasis pada nilai-nilai kebajikan.
Dari perbagai permasalahan yang terjadi, diantaranya mengacu pada kasus dilema etika dan bujukan moral, tak jarang seorang pemimpin akan hadir sebagai pimpinan dan orang tua. Meskipun tetap berpegang pada sebuah regulasi, kekuatan komunikasi, kolaborasi merupakan bagian penting dalam pengambilan sebuah keputusan. Pendekatan personal dan pendekatan kelompok dengan mengoptimalkan manajemen partisipatif dianggap efektif untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?
Pratap Triloka dalam pendidikan sebagai sistem among yang disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Filosofi ini sangat mempunyai pengaruh terhadap pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan. Bukan hanya kepala sekolah, seorang guru juga harus memedomaninya dalam pengambilan keputusan. Sebagai pemimpin pembelajaran, harus mampu memberikan contoh bukan sekadar perintah tanpa aksi nyata. Harus mampu mendorong orang-orang di sekitar untuk senantiasa melakukan pengembangan diri dan mengoptimalkan potensi yang dimiliki.
Pemimpin pembelajaran harus mampu membersamai dan mengarahkan orang-orang di sekitar agar selalu konsisten menjalankan nilai-nilai kebajikan.
Keterkaitan pratap triloka dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin sangat erat. Seorang pemimpin dalam menjalankan perannya harus mampu menjadi pimpinan dan orang tua. Bukan sekadar menjalankan otoritasnya, memanfaatkan hak prerogatifnya, melainkan "ngemong", membersamai dengan hati untuk menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman meskipun tidak harus lepas dari regulasi.
Pemimpin harus menjadi tauladan dalam menjalankan setiap peraturan dan keputusan yang ditetapkan. Pemimpin harus hadir langsung, memberikan ruang dialog dalam menyelesaikan permasalahan dilema etika maupun bujukan moral. Pemimpin seyogyanya mengarahkan orang-orang di sekekitar bersama-sama membangun budaya positif, menerapkan nilai-nilai kebajikan, dan selalu memahami regulasi yang ada.
Kesuksesan satuan Pendidikan bukanlah one man show, melainkan lebih pada upaya mengoptimalkan manajemen partisipatif.