Gerakan Mahasiswa Surabaya (GMS) telah menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah perjuangan mahasiswa Indonesia. Sejak berdiri pada tahun 1952, GMS telah berperan aktif dalam berbagai isu sosial, politik, dan budaya. Organisasi ini telah melahirkan banyak tokoh-tokoh penting bangsa yang memiliki pengaruh besar dalam perjalanan sejarah Indonesia.
Gerakan mahasiswa
Gerakan Mahasiswa Surabaya pada Tahun 1998
Pada tahun 1998, gerakan mahasiswa di Surabaya mencapai puncaknya sebagai bagian dari perjuangan melawan rezim Orde Baru. Krisis ekonomi dan krisis politik yang melanda Indonesia pada tahun 1997-1998 menjadi pemicu utama gerakan ini. Berbagai perguruan tinggi di Surabaya, seperti Universitas Airlangga (UNAIR), Universitas Negeri Surabaya (UNESA), dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), tidak luput melakukan berbagai aksi menuntut reformasi. Aksi-aksi ini melibatkan berbagai elemen masyarakat, tidak hanya mahasiswa, tetapi juga buruh dan tani. Universitas Airlangga menjadi salah satu pusat aksi yang paling aktif, dengan mahasiswa dan sivitas akademika yang secara terang-terangan memperjuangkan tuntutan reformasi. Aksi-aksi ini tidak sepenuhnya berjalan dengan aman, dengan beberapa bentrokan antara mahasiswa dan aparat keamanan yang mengakibatkan korban luka, tetapi tidak sampai terdapat korban jiwa.
Gerakan Mahasiswa Surabaya di Era Joko Widodo
Pada era Joko Widodo, gerakan mahasiswa Surabaya terus berlanjut dengan fokus pada perbaikan demokrasi. Pada Februari 2024, puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Surabaya (GMS) melangsungkan aksi di depan Taman Apsari Jalan Gubernur Suryo Surabaya. Aksi ini digelar sebagai bentuk menyikapi kondisi demokrasi akhir-akhir ini, dengan tuntutan-tuntutan yang jelas, seperti:
- Menuntut Presiden RI untuk tidak memainkan nilai dan norma hukum sebagai instrumen politik keluarga.
- Menuntut Presiden RI memberikan jaminan TNI, Polri, dan ASN untuk bersikap netral.
- Menuntut Presiden agar tidak melakukan tindakan nepotisme.
- Menuntut KPU dan Bawaslu untuk tidak masuk angin dan tidak memihak
- .
Aliansi BEM Surabaya (ABS) dan Gerakan Mahasiswa
Aliansi BEM Surabaya (ABS) merupakan aliansi khusus BEM yang menaungi Kota Surabaya. Namun, pada beberapa kesempatan, ABS telah menunjukkan kebingungan dalam regenerasi kepemimpinan, yang membuatnya tidak melakukan gerakan yang signifikan, terutama dalam isu-isu penting seperti Pilkada. Meskipun demikian, ABS tetap memiliki tujuan untuk menyatukan dan memperkuat gerakan mahasiswa, bukan untuk rebutan kursi jabatan.
(Cerita singkat)
Aksi demo mahasiswa menuntut keadilan untuknegerinya masih terus berlanjut. Isu-isu yang diangkat
mahasiswa merupakan pernyataan keprihatin atas krisis politik dan ekonomi sejak tahun 1998 tuntutannya masih bersifat umum yaitu reformasi politik dan reformasi ekonomi. Tanggal 12 Mei 1998, mahasiswa melakukan aksi di Universitas Putra Bangsa, di Universitas Wijaya Kusuma, dan di Kampus IKIP Surabaya di Jl. Ketintang.19 Aksi
demonstrasi mereka akan selalu berpindah-pindah dari satu kampus ke kampus lainnya untuk membakar semangat
mahasiswa serta masih tetap sama yaitu menyuarakan tuntutan reformasi. Hal ini terus dilakukan untuk
menyalakan semangat mahasiswa. Pada hari Kamis, 13 Mei 1998 berbagai kampus di
Surabaya kembali melakukan aksi unjuk rasa. Aksi ini merupakan suatu bentuk solidaritas atas insiden penting yang
sangat berpengaruh pada membesarnya gelombang gerakan
anti Orde Baru yaitu peristiwa terbunuhnya empat mahasiswa dari Universitas Trisakti yang diberi gelar
sebagai Pahlawan Reformasi pada 12 Mei 1998 di Jakarta.20 Bendera setengah tiang berkibar dimana-mana secara
spontan hingga tanggal 15 Mei 1998, masyarakat di Jalan Gemblongan masih memasang bendera setengah tiang untuk
menunjukkan keprihatinan terhadap insiden Trisakti
Tentang GMS