Lihat ke Halaman Asli

Vina Cumalasari

Mahasiswa pendidikan biologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Bioetika Lingkungan dalam Tradisi Merti Desa

Diperbarui: 3 Juni 2022   14:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia memiliki berbagai macam kebudayaan yang memiliki nilai-nilai filosofis tersendiri yang dapat dijadikan pedoman masyarakat dalam menjalani kehidupannya. Misalnya kota Yogyakarta yang menyimpan sejuta rahasia karena masyarakatnya masih melestarikan kebudayaan yang di wariskan oleh nenek moyang. 

Salah satu tradisi yang masih dilestarikan adalah Merti Desa yang berasal dari Kulonprogo. Merti Desa sering disebut juga dengan bersih Desa, hakikatnya sama dengan makna simbol rasa syukur masyarakat kepada Allah SWT. atas karunia-Nya berupa rejeki yang melimpah, keselamatan, ketentraman, serta keselarasan hidup di dunia. 

Ada banyak cara untuk mengungkapkan rasa syukur kepada sang Pencipta seperti dalam tradisi Merti Desa. Rangkaian Upacara Adat Merti Desa ini diawali dengan menguras/tawu sendang di 4 tempat yaitu Sendang Gedhe, sendang Dadap Tulak, Sendang Mberan dan Sendang Gayam. 

Ke empat sendang tersebut merupakan sendang yang masih dijaga keasriannya dan untuk mencukupi kebutuhan air masyarakat Dobangsan. Acara selanjutnya adalah acara wiwitan, yang digelar di area sawah saat panen perdana tanaman bawang merah. Ingkung, nasi gurih dan ingkung ayam jago jawa di arak warga ke tengah sawah. 

Ketua Adat memimpin acara tersebut, setelah berdoa bersama, warga makan bersama-sama ditengah sawah. Selanjutnya Kerja bakti masal untuk membersihkan lingkungan juga penanaman pohon pengikatvair di sekitar sendang. Dengan demikian kegiatan ini berkaitan erat dengan bioetika lingkungan.

Bioetika lingkungan merupakan kebijaksanaan moral manusia dalam bergaul dengan lingkungannya. Bioetika lingkungan diperlukan agar setiap kegiatan yang menyangkut lingkungan dipertimbangkan secara cermat sehingga keseimbangan lingkungan tetap terjaga.

Merti desa disini tergolong dalam perwujudan bioetika lingkungan dalam (deep ecology), sebab masyarakat mengetahui pentingnya memahami lingkungan sebagai keseluruhan kehidupan yang saling menopang, sehingga semua unsur mempunyai arti dan makna yang sama. Selain itu juga mereka mempunyai prinsip bahwa semua bentuk kehidupan memiliki nilai bawaan dan karena itu memiliki hak untuk menuntut penghargaan karena harga diri, hak untuk hidup dan hak untuk berkembang.

Prinsip bioetika lingkungan yang terkandung dalam serangkaian acara pada tradisi merti desa diantaranya yaitu sikap hormat terhadap alam, Prinsip Tanggung Jawab, Solidaritas Kosmis, Prinsip Kasih Sayang dan Kepedulian, 

Prinsip ”No Harm”, Prinsip Hidup Sederhana dan Selaras dengan Alam, prinsip keadilan, prinsip demokrasi serta prinsip integritas moral sebab disini gubernur Yogyakarta mendukung penuh adanya kegiatan tradisi merti desa sebagai upaya menjaga dan melestarikan budaya termasuk juga lingkungan sekitar.

Hendaknya sangat perlu bagi kita sebagai generasi penerus bangsa untuk tetap melangsungkan adat dan istiadat nenek moyang kita, dengan prespektif tetap menyembah dan meminta kepada-Nya. Karena jika kita tidak mulai menahan, memperkuat kebuadayaan kita sendiri, maka lambat laun tidak ada lagi upacara adat yang bernama Merti Desa. Kelak hanya akan menjadi bagian dari cerita/nama saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline