Stadion Gelora Bandung Lautan Api terletak di Desa Rancanumpang, Kecamatan Gedebage, Kota Bandung. Jawa Barat. Stadion utama saat penyelenggaraan PON Jawa Barat 2012 berkapasitas 38 ribu penonton. Usai PON, GBLA menjadi kandang Persib Bandung namun tidak bertahan lama.
Kritik arsitektur merupakan tanggapan dari hasil sebuah pengamatan terhadap suatu karya arsitektur. Dimana orang merekam dengan berbagai indra kelimanya kemudian mengamati, memahami dengan penuh kesadaran dan menyimpannya dalam memori dan untuk ditindaklanjuti dengan ucapan dalam bentuk pernyataan,ungkapan dan penggambaran dari benda yang diamatinya. Kritik Arsitektur tidak hanya mengkritisi dari segi estetika. Estetika merupakan hal yang dimaknai oleh masing-masing individu secara berbeda. Aspek-aspek lain seperti masalah dalam pemeliharaan bangunan, serta kenyamanan dan keamanan.
Seiring berjalannya waktu, stadion ini memiliki beberapa masalah. Seperti, Beberapa titik di tembok tribune penonton juga mengalami keretakan. Tangga penghubung VVIP dan lapangan juga terlihat ada bagian yang menganga.
Di luar Stadion GBLA, suasana tidak terawat juga terlihat. Lahan parkir ditutupi ilalang setinggi dua meter. Beberapa petunjuk jalan di parkiran hancur, toilet yang bau dan rusak parah serta dipenuhi botol-botol minuman keras hingga tembok pembatas antara stadion dan perumahan warga yang jebol.
Dalam perkembangannya, GBLA tak hanya bermasalah dalam hal konstruksi, tetapi juga statusnya. Meski sudah dikelola oleh Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Bandung, GBLA ternyata belum 100 persen menjadi aset Pemerintah Kota Bandung. Akibatnya, Persib tak bisa menggunakan GBLA dan memilih kembali ke Stadion Si Jalak Harupat, Soreang, Kabupaten Bandung.
Kurang adanya transparansi perencanaan dan pembangunan stadion, membuat warga menerka-nerka dengan banyaknya berita yang beredar di media massa. Dimulai dari skandal kasus korupsi, konstruksi dan struktur bangunan stadion yang memprihatinkan. Fisik bangunan yang tidak sesuai pengerjaannya. Misalnya, dinding stadion yang seharusnya kokoh, pada kenyataannya banyak retakan. Sehingga memerlukan perbaikan yang cukup lumayan.
Membutuhkan manajemen pemeliharaan yang baik di Stadion GBLA, sehingga dapat difungsikan secara optimal. Bisa dipertimbangkan untuk menunjang kegiatan bagi masyarakat umum, menunjang latihan bagi atlit olahraga, bisa digunakan untuk melaksanakan berbagai kegiatan atau pertandingan olahraga, menambah fasilitas olahraga serta hiburan yang terdapat di Daerah Gedegage.
Keberadaan Stadion GBLA juga seharusnya menjadi keresahan di kalangan Arsitek, salah satunya struktur yang mulai berubah. Struktur bangunan merupakan penopang dari pertimbangan kekuatan, keamanan dan kenyamanan sebuah bangunan. Faktor keamanan suatu struktur bangunan yang hendak di laksanakan haruslah memenuhi kriteria dan standar yang berlaku seperti Standar Nasional Indonesia (SNI) yang berlaku di Indonesia dalam perancangan struktur bangunan baik standar perencanaan, material, maupun proses pelaksanaannya.
1. Adanya perubahan tanah di lahan ini menyebabkan kerusakan pada area dinding dan lantai di Stadion.
2. Struktur bangunan yang terpisah
Stadion GBLA menjadi salah satu dari sekian banyak bangunan-bangunan yang didirikan hanya untuk kebutuhan event tertentu, setelah event selesai bangunan tidak terpakai. Seharusnya, sebelum dibangun sudah di matangkan setelah selesai event bangunan dialih fungsikan untuk apa dan dari pemeliharaan bangunan, kenyamanan dan keamanan diberikan tanggung jawab kepada manajemen.