Lihat ke Halaman Asli

Vina Serevina

Dosen Universitas Negeri Jakarta

Implementasi Teori Belajar Kognitivisme Dalam Proses Pembelajaran

Diperbarui: 28 Februari 2022   04:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Sumber: http://campus-tutorial.com)

Oleh: Dr. Ir. Vina Serevina, M.M., Hashifah Dewianty Putri, UNJ 2022

Di dalam dunia pendidikan, terdapat berbagai teori pembelajaran termasuk menurut pemikiran tokoh pendidikan internasional. Teori pembelajaran tersebut meliputi: teori belajar behavioristik, teori belajar sosial, teori belajar kognitivisme, teori belajar konstruktivisme, dan teori belajar humanisme. Pada abad ke-20 teori kognitivisme mulai berkembang dalam dunia pendidikan. Secara singkat, teori kognitif dalam belajar merupakan kegiatan internal yang terdiri atas beberapa proses, seperti: pemahaman dalam belajar, mengingat suatu hal, pengolahan informasi, memecahkan masalah, menganalisis, dan prediksi suatu fenomena yang akan terjadi pada implementasi proses pembelajaran di sekolah atau di tempat pendidikan formal maupun nonformal lainnya (Juwantara, 2019).

Penerapan teori kognitif adalah dalam bentuk bahasa yang digunakan dan penjelasan yang diberikan pendidik mudah dipahami oleh peserta didik serta memberi kebebasan bagi mereka untuk saling berbicara dan diskusi dengan yang lainnya. Ada juga yang menggambarkan teori belajar kognitif ini ibarat suatu komputer, yang memulai proses dengan input data, kemudian diolahnya hingga mendapatkan hasil akhir. Jean Piaget merupakan salah satu tokoh yang mengembangkan teori ini (Isti’adah, 2020).

Penulisan artikel ini bertujuan untuk menyampaikan informasi kepada para pembaca agar dapat membantu tenaga pendidik dalam memahami muridnya secara lebih baik, selain itu untuk mengkonstruksi prinsip-prinsip belajar secara ilmiah, dan pembaca dapat menanamkan pemikiran bahwa pentingnya proses dalam belajar daripada hasil belajarnya. Sehingga dapat memberikan manfaat dalam implementasi teori kognitivisme pada pembelajaran.

Manfaat dari penulisan artikel ini yaitu dapat menambah wawasan dan memberikan informasi kepada pembaca untuk membantu proses belajar lebih efektif, efisien, dan produktif, mengembangkan motivasi dalam proses pendidikan, serta juga diharapkan dapat memahami pentingnya proses belajar dalam setiap pembelajaran.

Lalu, seberapa penting implementasi teori belajar kognitivisme dalam proses pembelajaran? Adakah kelebihan dan kekurangan dalam penerapan teori belajar kognitivisme ini dalam dunia pendidikan?

Teori perkembangan kognitivisme menjelaskan bahwa kecerdasan dan kemampuan berpikir seorang anak berubah seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Perkembangan kognitif seorang anak bukan hanya mengenai memperoleh pengetahuan, anak pun wajib berbagi atau membentuk mentalnya. Perlu diketahui bahwa Jean Piaget ialah seorang psikolog yang berasal dari Swiss dan mengusut anak-anak pada awal abad ke-20. Teorinya membahas perkembangan intelektual atau kognitivisme (Wisman, 2020).

Menurut teori kognitif Piaget, anak dilahirkan menggunakan beberapa skemata sensorimotor, yang memberi kerangka bagi hubungan awal anak pada lingkungannya. Pengalaman awal anak akan dipengaruhi oleh skemata sensorimotor ini. Dengan istilah lain, hanya insiden tersebut yang bisa diasimilasikan ke skemata itulah di respon oleh anak, dan karena insiden itu akan menentukan batasan pengalaman anak. Namun melalui pengalaman yang dialami anak tersebut, skemata awal dapat dimodifikasi. Setiap pengalaman seorang anak wajib untuk di akomodasi pada kognitivisme anak. Dengan hubungan terhadap lingkungan, struktur kognitif akan berubah, dan memungkinkan seseorang untuk mengembangkan pengalamannya terus-menerus. Menurut Piaget, bahwa pertumbuhan intelektual yang dimulai menggunakan respons refleksif anak terhadap lingkungan akan terus berkembang hingga ke titik dimana anak sanggup memikirkan insiden potensial dan sanggup secara mental mengeksplorasi kemungkinan lainnya (Istiqomah, 2021).

(Sumber: https://www.zenius.net/blog/teori-belajar-kognitif)

Dalam penerapan teori belajar kognitivisme ini pendidik harus fokus pada cara berpikir siswa agar dapat memberikan strategi yang tepat berdasarkan fungsi kognitifnya. Lalu, kegiatan yang bisa dilakukan dalam penerapan teori ini yaitu siswa diberikan waktu untuk bertanya, diberikan kesempatan untuk mencoba meskipun terdapat kesalahan dan diberikan waktu untuk memperbaiki kesalahannya tersebut. Selain itu, siswa dapat merefleksikan pengalaman mereka melalui pembuatan laporan tentang kegiatan yang dilakukan, diadakan diskusi berdasarkan apa yang diajarkan dengan siswa dan menjelaskan materi pembelajaran di depan kelas, membantu siswa menemukan solusi untuk suatu masalah dalam mengembangkan cara berpikir kritis, serta dilakukan inovasi dalam penyampaian materi dengan menggunakan visualisasi atau permainan.

Gambar 1. Siswa adalah peserta aktif dalam proses pembelajaran kognitif (Sumber : https://www.zenius.net/blog/teori-belajar-kognitif)

Dalam teori belajar kognitivisme, pengetahuan dihasilkan berdasarkan hubungan antara peserta didik dengan lingkungan, yang mencakup perolehan keterampilan serta pengalaman baru. Kedua hal tersebut memungkinkan anak semakin kritis dalam berpikir. Selain itu, terdapat beberapa kelebihan lain berdasarkan teori belajar kognitivisme, yaitu dapat meningkatkan pemahaman pelajar dalam memperoleh informasi yang baru, bantu meningkatkan motivasi serta kepercayaan diri peserta didik, membantu peningkatan kemampuan berpikir peserta didik dalam belajar, dapat mengasah keterampilan yang dibutuhkan untuk belajar secara efektif dan efisien, serta dapat membantu pelajar dalam mengembangkan kreativitasnya pada hal-hal baru atau berinovasi untuk mengembangkan hal yang sudah ada sebelumnya agar menjadi lebih baik.

Disamping terdapat banyak kelebihannya, implementasi teori belajar kognitivisme dalam proses pembelajaran tentu memiliki berbagai kekurangan, yaitu menekankan kemampuan memori pelajar sehingga menggeneralisasi daya ingat mereka, masing-masing peserta didik memiliki cara yang berbeda-beda dalam sistem belajarnya yang memungkinkan peserta didik akan kesulitan dan tidak dapat mengerti sepenuhnya tentang materi yang diberikan oleh pendidik. Sebagian prinsip seperti intelegensi sulit dipahami oleh siswa juga dengan pemahamannya yang masih belum tuntas. Teori belajar ini bisa diterapkan dengan penggabungan teori belajar lainnya (Mifroh, 2020).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline