Lihat ke Halaman Asli

Belajar untuk Bekerja, Mandiri, dan Sejahtera

Diperbarui: 5 April 2017   02:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis dan kedua mahasiswanya dalam kegiatan praktik berbahasa Inggris di Lab. Kewirausahaan

Pendidikan merupakan penggerak bangsa untuk maju dan menjadi lebih baik karena menghadirkan manusia yang paham dan berkompeten menghadapi berbagai realitas dan kemungkinan yang ada di masyarakat termasuk bagaimana memecahkan masalahnya. Oleh karena itu, sektor ini menjadi prioritas yang penting oleh negara untuk membangun keberadaannya di tengah persaingan dunia. Pendidikan yang tepat sasaran adalah idaman dan menjadi isu yang diperbincangkan hingga saat ini.

Harapan agar pengetahuan dapat dengan maksimal diperoleh setiap peserta didik secara terspesifikasi dan spesial pada bidang minatnya berlanjut pada kemampuannya yang tepat untuk menghadirkan produk yang berkualitas. Sikap professional ini kemudian mampu menjadi nilai bagi kualitas manusia dari suatu bangsa atau negara di mata dunia.  

Pendidikan vokasi merealisasikan tujuan dan cita-cita tersebut secara terapan atau aplikatif. Pendidikan vokasi juga tidak kalah hebatnya dalam menghadapi ketatnya persaingan untuk menghasilkan manusia yang optimal. Terdapat jalinan yang harmonis antara materi belajar, wacana, dan hasil yang diberikan oleh pendidikan vokasi. Mulia (2016: 115) menggarisbawahi vokasi sebagai bagian dari praktik literasi yang optimal karena peserta didik menempatkan dirinya siap sebagai bagian dari masyarakat dengan karirnya karena semua materi yang dibutuhkannya telah disediakan oleh sekolah maupun perguruan tingginya untuk mencapai tujuan tersebut. Literasi adalah sikap “melek” terhadap fenomena di sekitarnya. 

Ini menjadi nilai plusbagi vokasi yang menerapkan secara riil antara pendidikan dan kesempatan untuk memperoleh hidup yang lebih sejahtera melalui berbagai kompetensi yang penerapannnya dilakukan secara aktif dan aplikatif. Mengedepankan praktik, menjadi keunggulan yang dibanggakan oleh vokasi. Pada tingkat perguruan tinggi, jumlah SKS mata kuliah praktik lebih banyak.

Mengoptimalkan Pemuda

Melalui cara pandang pendidikan yang aplikatif, vokasi dapat dipercaya untuk membangun Indonesia. Bonus demografi yang diproyeksikan terjadi era ini menjadi sumber daya yang tepat ditangani oleh vokasi untuk meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk produktif. Dimulai sejak tahun 2012, bonus demografi akan mencapai puncaknya pada tahun 2028-2030 sebagai suatu fenomena menarik yang terjadi hanya sekali dalam setiap peradaban bangsa (Infografik Badan Pusat Statistik RI, 2016).

Terdapat 180 juta orang berusia produktif dimana setiap 10 sepuluh orang hanya menanggung 3-4 orang berusia tidak produktif (Antara News, diakses 27 Maret 2017 ). Ini berarti, terdapat lebih banyak pemuda. Sebagai pemuda, apa yang berhak mereka peroleh? Pendidikan!

Ilmu terapan yang dihadirkan pendidikan vokasi mempersiapkan peserta didik menjadi praktisi. Mereka adalah pelaksana roda perkembangan negeri. Pendidikan vokasi – apabila benar-benar serius digarap dan dihayati oleh masyarakat untuk ikut berpartisipasi, mampu mengoptimalkan jumlah pemuda yang besar ini dalam menciptakan kehidupan yang lebih sejahtera. Hal ini penting dalam menggerakkan perkembangan negara, termasuk perekonomian, karena vokasi unggul dalam kerjasamanya dengan dunia usaha dan industri.

Sebagai pengajar yang juga terlibat dalam pendidikan vokasi di bidang hotel, pelayaran, dan pramugari , penulis menemukan temuan yang menarik dari peserta didiknya. Magang dan bekerja di luar negeri menjadi sesuatu yang mengagumkan untuk dialami. Bisa memperoleh pengalaman baru di negeri orang, hingga mendapatkan gaji yang besar pasti menjadi alasan mereka untuk memilih vokasi.

Tetapi bukan itu alasan pertama mereka. Selain membantu orang tua, mereka memiliki cita-cita untuk berwirausaha. Ada yang ingin memiliki restoran, hotel, jasa transportasi, butik,  dan bisnis lainnya yang dikelola secara mandiri. Terlihat bahwa mereka memiliki keinginan yang besar untuk bisa memperoleh modal sebesar-besarnya sekaligus menyalurkan semangat wirausahanya itu.

Data Kementerian Koperasi dan UKM pada tahun 2014 menunjukkan bahwa dari 253, 61 jiwa penduduk Indonesia, hanya 1,65 persen saja yang menjadi wirausaha. Kita membutuhkan lebih banyak wirausahawan. BPS RI juga merilis, sektor ekonomi yang digeluti pemuda adalah jasa (51,94%) dan manufaktur (25,03%). Ini adalah bidang kajian vokasi. Ini menjadi bagian dari perekonomian yang dapat dimaksimalkan dari produk SDM vokasi. Potensi itu sudah ada dan penting untuk merealisasikannya lebih nyata.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline