Lihat ke Halaman Asli

Masyarakat Bahasa Indonesia

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Bahasa memang sudah menjadi bagian dari kebutuhan sehari-hari manusia. Hal ini terbukti dari begitu pentingnya bahasa dalam penggunaanya oleh manusia selama ini. Di luar sana adalah dunia bahasa dimana kita akan menemukan bahasa baik itu lisan atau tulisan. Bahasa memudahkan dan melancarkan manusia. Bagaimana jika tidak ada bahasa? Sulit bagi kita untuk membayangkannya. Padahal manusia adalah mahluk sosial yang berinteraksi satu sama lain. Begitu juga dari setiap individu manusia itu sendiri yang memiliki beberapa organ yang mampu melakukan aktifitas linguistik baik itu dalam menerima, memproses maupun memproduksi bahasa.

Kridalaksana (1994:21) mengatakan bahwa bahasa sebagai lambang bunyi yang arbitrer dipergunakan oleh masyarakat untuk berhubungan dan bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri. Hal ini memang benar. Kita berada dalam suatu masyarakat bahasa yang saling menggunakan kemampuan berbahasanya satu sama lain. Bahasa sebagai media untuk mentransformasikan, membagi dan menyampaikan berbagai hal seperti ide, gagasan dan informasi. Itulah fungsi dari bahasa. Samsuri (1993:4) berpendapat bahwa manusia tidak lepas memakai bahasa karena bahasa adalah alat yang dipakainya untuk membentuk pikiran, perasaan, keinginan dan perbuatan-perbuatannya serta sebagai alat untuk memengaruhi dan dipengaruhi. Dapat dikatakan bahwa masyarakat bahasa melakukan aksi dan reaksi melalui bahasa. Aktifitas timbal balik ini dapat dilakukan dengan berbagai cara baik itu proses produksi, penerimaan, interpretasi, hingga pemberian tanggapan.

Bahasa dalam kelompok sosial

Dalam perkembangannya, manusia hidup dalam suatu kelompok sosial yang memberikan ciri yang unik, berbeda dengan kelompok lain. Pembentukan kelompok sosial dipengaruhi berbagai faktor seperti geografis, historis, tradisi maupun ikatan primordialis. Faktor-faktor yang membentuk ciri yang unik dalam setiap kelompok sosial ini ternyata berpengaruh dalam bahasa sehingga membentuk sekumpulan individu dalam kelompok bahasa. Hal ini terbentuk demi terwujudnya pelaksanaan atas fungsi bahasa.

Penggunaan bahasa khusus dalam suatu kelompok tentu memfasilitasi setiap individu untuk melakukan interaksi satu sama lain. Ini terjadi agar proses komunikasi dapat berjalan lancar dan dapat dipahami. Seperti penggunaan bahasa ibu oleh suatu kelompok di suatu wilayah tertentu. Bahasa sebagai karakteristik akan dikaji lebih dalam pada istilah domain.

Bell (1976:102) mengatakan bahwa domain terjadi saat bahasa berpengaruh dari situasi dimana peran partisipan terbentuk pada ekspresi perilaku yang sesuai melalui pilihan kode yang sesuai dari repertoir-repertoir linguistik pada individu-individu yang terlibat. Tidak hanya sebatas pada partisipan. Ternyata domain merupakan hubungan dari 3 hal. Yaitu topik, hubungan peran dan tempat (locale), seperti yang dikatakan Fishman (1963). Domain diawali dari keluarga. Domain keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ini didukung dari tempat dimana partisipan berinteraksi. Lalu diperkuat dengan topik-topik yang dibahas dalam interaksi keluarga yang menggunakan bahasa ibu atau bisa disebut bahasa pertama (L1).

Dari domain keluarga, manusia dihadapkan pada kelompok yang lebih luas. Sebagai contoh, saat kita sedang berada di kampung. Secara langsung kita akan memakai bahasa yang lebih mudah diterima di tempat itu, misalnya – bahasa Jawa. Ini terjadi karena kita sedang berada didalam kelompok yang mayoritas menggunakan bahasa itu dalam komunikasi sehari-hari. Tentu fungsi bahasa dapat berjalan baik ketika ada kesepakatan pada kedua pihak baik penutur dan penerimanya. Kesepakatan itu adalah dalam pemilihan bahasa untuk berinteraksi. Bahasa seperti ikut berperan dalam pembentukan “kita” dalam kelompok itu. Keberadaan individu dalam kelompok bahasa ini menjadi penilaian sendiri.

Bahasa Indonesia pada domain yang lebih luas

Setelah kelompok-kelompok bahasa itu, tentu manusia pun terus berkembang. Perlunya individu untuk berinteraksi yang lebih luas dilatarbelakangi oleh berbagai faktor. Yang pasti adalah manusia berusaha untuk memenuhi kebutuhan. Bahasa kemudian menjadi alat untuk mendapatkan kebutuhan itu.

Setiap individu akan menempati pos atau domain-domain yang mereka butuhkan. Ternyata, setiap domain itu bisa bersifat umum. Maksudnya, diikuti oleh pengguna bahasa dari berbagai kelompok bahasa. Domain umum ini seperti pendidikan, ekonomi, pemerintahan dan masih banyak lagi domain-domain yang bersifat umum. Inilah yang dimaksud dengan pemenuhan kebutuhan tadi. Akan ada lebih banyak fungsi bahasa yang berperan karena kompleks nya hal-hal yang akan dibahas di domain-domain tersebut.

Formal, adalah hal yang unik saat kita memasuki ranah masyarakat bahasa. Individu –individu yang terlibat didalamnya akan dihadapkan pada standarisasi sebagai alat pemersatu. Salah satunya adalah bahasa. Sangat membanggakan bahwa kita memiliki Bahasa Indonesia yang bahkan telah diakui secara internasional. Individu yang berasal dari latar belakang yang berbeda ini akan dipersatukan oleh Bahasa Indonesia. Ini sungguh tampak jelas, meskipun di luar domain itu mereka akan kembali pada bahasa daerahnya (berikutnya kita sebut L1).

Bahasa Indonesia difungsikan sebagai sarana dalam pelaksanaan fungsi bahasa yang lebih dapat diterima oleh partisipan-partisipan dalam domain umum. Sebagai contoh, dalam domain pendidikan. Berbagai istilah dan wacana yang berkisar dalam domain tersebut lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini terlihat jelas seperti yang tertulis dalam buku diktat, lembar soal dan alat peraganya. Bahasa Indonesia yang bisa dikatakan sebagai bahasa kedua (berikutnya kita sebut L2) menjadi alat dalam penyampaian ide dan informasi pada domain tersebut. Meskipun nantinya guru menyesuaikan pada cara pemahaman siswa dengan menyampaikannya kembali dengan L1, Bahasa Indonesia tetap menjadi standar atau acuan umum. Dari kenyataan ini, dalam domain pendidikan akan ada kemungkinan penggunaan bilingual yaitu L1 dan L2. Pada domain yang lain, religius misalnya. Ulama awalnya akan memberi gambaran atau penjelasan umum, mayoritas menggunakan Bahasa Indonesia (L2) karena tempat ibadah berisi berbagai macam individu yang berbeda dan agama adalah ranah yang sangat umum tanpa membeda-bedakan asal jemaatnya. Dalam penyampaiannya ulama kemudian mengutip beberapa ayat dari kitab suci yang berbahasa yang berbeda lagi, yaitu L3. Ada pula kemungkinan ulama kembali pada L1 untuk mengkhususkan pada jemaat yang tinggal di sekitar tempat ibadah. Meski ada 3 kemungkinan penggunaan bahasa, Bahasa Indonesia tetap menjadi bahasa pengantar yang lebih mudah diterima dan dapat menjembatani penggunaan bahasa lainnya yaitu L1 dan L3.

Berbagai domain publik dan sosial yang ada dalam suatu lingkup yang lebih besar yang diikat oleh persatuan dan kesatuan, yaitu negara membuktikan bahwa diperlukan satu bahasa yang diharapkan mampu diketahui warganya. Dan sepertinya ini wajib diketahui karena warga Negara hidup bersama dan tidak mungkin terus berada pada kelompok yang sempit. Meskipun bahasa Indonesia dibeberapa wilayah menjadi L2, tetapi tidak bisa dihindari karena kebutuhan manusia akan informasi dan ide.

Kejadian semacam ini akan membuat kita berpikir, siapakah diri kita di masyarakat sesungguhnya. Berawal dari kelompok kecil yang sederhana, kemudian masuk kedalam wilayah yang lebih luas. Bahasa Indonesia menunjukkan identitas kita yang sebenarnya. Kita memang hidup diwilayah yang berbeda-beda yang kemudian muncul berbagai variasi bahasa seperti dialek, gaya bahasa dan intonasi sebagai ciri unik dari tempat tinggal kita. Tetapi sesungguhnya kita semua tergabung dalam satu, yaitu Masyarakat Bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia memberikan pengaruh pada pembentukan identitas pada setiap individu. Secara struktur batin akan terucap seperti ini: “Saya adalah bagian dari Indonesia maka saya menggunakan Bahasa Indonesia supaya bisa berkomunikasi dengan orang Indonesia lainnya”. Secara tidak langsung terjadi suatu kerjasama. Kerjasama yang tidak selalu identik dalam hal gotong royong, tetapi kerjasama dalam terbentuknya interaksi yang apik dan berkelanjutan. Ketika individu saling bertemu mereka akan mencoba memahami bahasa apa yang bisa saling dipahami. Ada berbagai tahap seperti, penggunaan bahasa daerah. Jika belum bisa berjalan baik maka terjadi code-switching dengan memasukkan bahasa lain. Apabila mampu diterima, kemudian sepenuhnya interaksi menggunakan bahasa tersebut. Sebagai bahasa yang awalnya digunakan untuk menjalankan fungsi instruksional dalam kegiatan akademik, Bahasa Indonesia tentu begitu melekat baik didalam diri masyarakat. Sehingga paling aman jika interaksi menggunakan Indonesia.

Sebagai bagian dari Masyarakat Bahasa Indonesia, saya sungguh bangga karena kita semua baik dari timur dan barat dapat memiliki media komunikasi yang mampu diterima secara umum. Fenomena bahasa ini tentu dapat dimanfaatkan sebagai media nasionalisme sebagai bentuk keistimewaan yang kita miliki bersama. Pengakuan dunia akan Bahasa Indonesia, bahkan dalam dunia akademis menunjukkan bahwa Bahasa Indonesiamenjadi bagian dari Dunia Bahasa yang lingkupnya paling besar seperti yang dialami Bahasa Inggris yang telah melintasi antar benua.

Vilya Lakstian

Mahasiswa Sastra Inggris konsentrasi Linguistik

Institut Agama Islam Negeri Surakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline