Lihat ke Halaman Asli

Dulu, Pakai Mesin Ketik

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat itu, kami mulai sangat bersemangat dalam menulis dan mencetak. Kebiasaan keluarga berubah setelah kehadirannya. Tidak ada lagi yang takut dengan kesepian, bahkan tengah malam. Rak-rak buku kami makin lama makin terisi penuh. Kami sekeluarga dipersatukan oleh budaya menulis. Bagaimana ceritanya? Baiklah, ini ceritaku.

Ayah dan ibu adalah orang-orang yang berpengaruh dalam hidupku. Mereka merawat dan membimbingku hingga aku tumbuh besar. Tidak hanya membekaliku dengan apa yang biasa didapat dari anak-anak perkotaan pada umumnya yang suka bermain dan jalan-jalan ke berbagai sudut kota, kedua orang tuaku membekaliku kemampuan menulis. Ayah dan ibu dulunya adalah seorang wartawan. Keduanya kemudian bekerja di kantor swasta di kota Solo. Selain bekerja di kantor, mereka juga tetap menyalurkan kemampuan jurnalisnya dalam menulis. Aktifitas menulis tetap selalu dilakukan.

Sebelum Canon BJ-2000E hadir disini, mereka menggunakan mesin ketik. Tentu kita tahu suaranya. Berisik! Ayah dan ibu biasanya mencari waktu untuk menulis di sebuah sudut rumah tidak jauh dari ruang tengah. Hal itu dilakukannya supaya tidak mengganggu. Mesin ketik yang cuma satu itu digunakan bergantian. Kadang, aku mendengarnya saat tidur siang dan selalu tenang di malam hari.

Suatu hari, ada pameran computer di kota. Disanalah kami mulai bertemu dengan salah satu produk dari Canon ini. “Canon be je dua ribu e!” begitulah saat aku yang masih kecil ini membaca. Huruf C itu aku ucapkan dengan polos. Ya! Kami punya seperangkat komputer beserta printernya. Saat itu komputer belum seperti sekarang, yang mudah ditemui. Saat itu komputer kami masih Pentium 2.

Berani Bangun Tengah Malam

Setelah Canon BJ-2000E sudah di ruang kerja keluarga, ayah dan ibu begitu tambah bersemangat dalam menulis dan mencetaknya. Mereka sering mengirimkan dokumen-dokumen untuk lomba karya tulis, cerpen, puisi, dan berbagai kompetisi lain yang berhubungan dengan menulis. Malam hari, bahkan tengah malam, ibu sudah berani bangun sendiri untuk menulis dan mencetak karya tulisnya untuk dikirimkan besok. Hal ini mulai sering terjadi. Ibu begitu bersemangat. Apalagi, printernya baru dan tidak menimbulkan suara yang mengganggu. Ayah dan aku tetap masih bisa tidur nyenyak.

Canon BJ-2000E telah memperkenalkan kami cara mudah dalam mencetak dan tanpa masalah. Hasil cetakannya lebih baik dari mesin ketik kami yang kuno itu. Seiring berjalannya waktu, kemampuan ayah dan ibu tersalurkan kepadaku. Sekarang, selain menjalani studi paska sarjana S2, saya juga seorang penulis. Sama seperti kedua orang tuaku, mengirimkan artikel ke berbagai kompetisi karya tulis. Semangat ini muncul karena didukung juga oleh kedua orang tuaku yang sering dapat hadiah dari kompetisi menulis yang diikutinya.

Canon BJ-2000E telah membuat keluarga kami merasakan pentingnya budaya menulis, mendokumentasi, dan menciptakan karya, hingga mendapat penghargaan. Aku tahu, Canon sekarang sudah berkembang besar. Produknya semakin banyak dan canggih. Canon BJ-2000E memang produk awal, tapi sudah sangat banyak membantu kami. Terima kasih Canon!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline