Kalimat yang sempat keluar dari mulut Dewan Kehormatan PSSI,Agum Gumelar ,"PSSI seolah-olah barang najis yang harus dijauh dan dibuang".Sakit nya tuh disini !!!
Kalimat diatas muncul karena Istana Negara tidak memberi izin pada PSSI untuk masuk ikut serta delegasi FIFA/AFC,bertemu Presiden dan Menegpora.Pukulan yang berat dan perih,sehingga Agum Gumelar mencurahkan isi hati nya dengan emosional.
Kalau di pikirkan,maka ada makna atau tanda tanda yang seharusnya di mengerti oleh Agum Gumelar dan semua pengurus PSSI.Istana Negara adalah tempat resmi semua masalah Negara Indonesia di jalankan dan tempat mengantornya Presiden Republik Indonesia.Tidak lah mudah dan tidaklah semua orang bisa memasuki Istana,semua ada cara dan prosedure nya.Maka kalau Istana menolak kedatangan seseorang atau rombongan tentulah atas dasar dan alasan yang kuat.Agum dan pengurus PSSI sebenar nya sudah tahu dan mengerti tapi tetap ngotot dan sekali gus mencoba dan mencoba lagi,walau akhir nya sakit nya tuh disini..
Kemudian di lanjutkan dengan keterangan resmi Presiden Joko Widodo setelah pertemuan dengan delegasi FIFA/AFC,menurut Menegpora Presiden mengatakan bahwa " Bapak Presiden menyampaikan kepada delegasi FIFA dan AFC bahwa kami tidak puas dengan reputasi dan performance dari PSSI,".
Dua hal diatas yang di alami oleh PSSI,rasanya cukup untuk dijadikan oleh PSSI sebagai bahan renungan dan mengoreksi diri sendiri,serta bertanya untuk siapa sepakbola Indonesia ini ??.Kemudian sakit nya disini yang diraskan Agum Gumelar tidak membuat Agum Gumelar tahu diri,malah makin menampakan ke perpihakan nya..
Di sinilah kearifan dan ketulusan serta kejujuran PSSI di uji,apa benar selama ini para pengurus PSSI bekerja dan ber buat untuk perkembangan dan kemajuan sepakbola Indonesia.Atau sepakbola di jadikan wadah untuk kepentingan pribadi,kelompok dan punya tujuan yang khusus.
Melihat isi mukaddimah dari statuta PSSI yang isinya Bahwa sepakbola telah menjadi salah satu olahraga rakyat yang
sangat popular, dan sepakbola merupakan sarana yang sangat penting untuk menunjang pembangunan bangsa baik dibidang fisik, mental maupun spiritual dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur secara merata dan berimbang berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.
Tujuan dan maksud dari mukaddimah di statuta PSSI diatas terlihat sangat luas, dan mencakup kehidupan masyarakat baik mental maupun phisik.Murni dan suci sekali sebenarnya cita cita dan angan angan dari kegiatan sepakbola Indonesia.Namun semua sirna,hilang dan lenyap entah kemana,di tanya sama ombak,gunung.bukit dan lembah juga tidak tahu,apa lagi sama rumput yang ber goyang dangdut,ujung ujung nya selama dua dekade belakangan ini,timbul masalah masalah yang meng kontaminasi isi mukaddimah statuta PSSI diatas.
Agum Gumelar yang pernah menjabat sebagai Ketua Umum PSSI periode 1999-2003,kemudian pada tahun 2011 di pilih jadi Ketua Komite Normalisasi PSSI,tentulah sangat mengerti dan paham apa terjadi selama 10 tahun belakangan ini di kepengurusan PSSI.
Sebaiknya Agum Gumelar koreksi dan introspeksi apa yang terjadi di sepakbola Indonesia.Sejak zaman Ketum Nurdin Khalid.
1.Apa semua sarat dalam statuta PSSI sudah dijalankan dengan benar dan konsekwen.
2.Apa Verifikasi Klub sudah sesuai aturan AFC dan melibatkan orang orang AFC.
3.Apa semua pengurus PSSI suda memenuhi sarat sesuai bunyi statuta PSSI.
4.Prestasi apa yang dapat di apresiasi selama jadi anggota FIFA/AFC
5.Apa kepengurusan PSSI sudah mencerminkan SDM dari semua golongan dan sesuai skill serta keahlian nya.
6.Kenapa pengurus PSSI di isi semua oleh satu kelompok KPSI,ada apa
7.Jelaskan dan tuntaskan alasan LaNyalla menyingkirkan orang yang tidak satu kelompok
8.Apa La Nyalla sudah pernah ikut aktif dalam Organisasi sepakbola di Indonesia selama 2 tahun
9.Napi jadi Ketum PSSI dan Ketua KPSI melarang pemain Nasional ikut memperkuat Timnas apa kah wajar dan normal di lakukan oleh organisasi sebesar PSSI.
10.Lihat kembali untuk apa PSSI di dirikan..
Terakhir adalah Apa yang di cari Agum Gumelar ?? Sakitnya tuh Disini..
Salam Garuda Ku,bukan burung Perkutu