Lihat ke Halaman Asli

Vilda Yanti

Mahasiswa

Nasib Hidup Bergantung dengan Pendapatan Kuli Bangunan

Diperbarui: 13 April 2024   21:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kami mewawancarai seorang warga di Desa Mega Timur yang bernama ibu Mariana yang sekarang berusia 40 tahun, dia tinggal bersama suami, ada tiga orang anak dan tiga orang keponakan yang merupakan anak dari saudara kandung  Ibu mariana, yang sekarang sudah meninggal  di beberapa bulan lalu. Beliau hanya sebagai ibu rumah tangga dan keseharian hanya mengurus anak-anak dan pekerjaan rumah sehinga tidak memliki pendapatan, dia hanya menempuh Pendidikan dijenjang SD. 

Suaminya bernama pak Herman pendidikannya hanya kelas 5 SD, dengan tingkat pendidikan yang bisa dikatakan rendah beliau hanya bisa mendapatkan pekerjaan sebagai tukang kuli bangunan. Jumlah orang dalam satu Rumah terdiri dari anak bernama ( Aldi berumur 15 tahun, Redo berumur 12 tahun, dan Novi 4 tahun )  yang dua orang masih menempuh pendidikan dijenjang SMP ( Aldi kelas 9 dan redo kelas 7 ) dan satu orang belum sekolah. Dan keponakan bernama ( Rohip berumur 8 tahun, Elsa berumur 6 tahun dan Pio berumur 5 tahun ) yang termasuk dalam tanggungan pak herman, yang dimana 2 orang menempuh Pendidikan di jenjang SD ( Rohip kelas 3 dan Elsa kelas 1 ) dan 1 orang belum sekolah, mereka semua menjadi tanggungan pak Herman.

Untuk kebutuhan hidup, mereka hanya mengharapkan pendapatan  dari gaji pak Herman kurang lebih Rp2.500.000/bulan itupun tidak menentu, untuk kebutuhan sehari-hari mereka yaitu sekitar  Rp50.000 untuk beli bahan dapur, anak- anak kesekolah hanya membawa bekal dari rumah dan jarang sekali jajan disekolah. Mereka sudah memiliki rumah sendiri dengan luas rumah 12 X 6 M yang merupakan rumah warisan dari orang tua ibu mariana, luas tanah keseluruhan 12 X 200 M, sisa tanah dari Pembangunan rumah mereka gunakan untuk menanam tanaman seperti singkong, nanas dan cempedak, ada sebagian tanah yang dipinjamkan untuk sepupunya membuat rumah. Untuk dinding rumah semua sudah seluruhnya tembok, atap rumah menggunakan seng dan lantai sebagian keramik sebagian masih plester semen, jumlah ruangan dalam rumah tersebut terdiri dari  3 kamar, 1 WC dan 1 ruang tamu dan 1 dapur. 

Untuk sumber Air minum mereka menggunakan air hujan, untuk mandi dan nyuci mengunakan air Parit yang berada didepan rumah, dan mereka masak sudah mengunakan Gas. Jenis penerangan yang mereka gunakan sudah Listrik milik sendiri dengan 450 watt, mereka memiliki kendaraan motor 2 buah dan sepeda anak 2 buah, adapun elektronik yang dimiliki  1 buah TV, 1 buah Kulkas, 1 buah rice cooker, 2 buah HP dan 1 buah Kipas angin dan semua dikatakan masih layak pakai,  dan mereka memiliki aset pertanian yaitu kebun singkong, nanas dan cempedak yang berada dibelakang rumah. Jenis bantuan yang didapatkan hanya PKH yang digunakan untuk biaya sekolah yang diterima Rp200.000/bulan. Mereka merupakan keluarga layak mendapatkan bantuan, karena semua aset yang mereka miliki sepenuhnya masih peninggalan dari orang tua, dan pak Herman selama ini bekerja hanya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarga mereka.

  •  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline