Lihat ke Halaman Asli

Kemandirian Klub Indonesia= tanpa Politik dan APBD!

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Kaget! Itulah reaksi saya saat melihat pemberitaan di berbagai media massa, soal kemandirian klub di LPI yang masih diragukan oleh banyak pihak. Hal ini disebabkan seluruh klub di LPI mendapatkan subsidi dari konsorsium LPI, menjadi masalah karena menurut sebagian pihak hal tersebut akan membuat klub menjadi tidak mandiri. Karena masih ada pihak yang menyusui klub-klub tersebut. Hal itu mungkin benar, tapi menurut saya pribadi sekarang hal itu masih wajar. Mengapa? Karena LPI adalah kompetisi yang baru lahir dan sebagian klub yang ada juga baru terbentuk, sama seperti bayi yang baru lahir, dia tidak akan langsung dapat berjalan dan masih disusui oleh sang bunda.

Hanya harus diingat, bahwa konsorsium LPI tidak memberikan subsidi ini cuma-cuma! Mereka sudah menekankan bahwa dana yang saat ini diberikan harus dikembalikan lagi nantinya dalam jangka waktu 3 hingga 7 tahun. Dan juga keuangan setiap klub akan selalu diaudit oleh pihak LPI. Jadi, tetap saja sebuah klub harus bisa mandiri dan profesional. Dan yang pasti tidak menggunakan dana pemerintah atau APBD alias uang rakyat!

Lucu-lucuannya adalah tidak apa-apa "membangkrutkan" konsorsium LPI yang terdiri dari banyak pengusaha, asal tidak menggunakan uang rakyat yang kegunaannya masih jauh lebih penting untuk pembangunan. Lagipula, para pengusaha yang tergabung di konsorsium itu adalah pecinta sepakbola sejati yang ingin melihat majunya sepakbola nasional dan juga pebisnis ulung, yang ingin menjadikan olahraga Indonesia, khususnya sepakbola, menjadi sebuah industri.

Saya tetap tidak membela siapapun, yang saya inginkan tetap melihat kemajuan sepakbola nasional dan syukur-syukur dapat menjadi sebuah industri baru yang bisa membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat nantinya. Dan melihat para pesepakbola kita menjadi profesional dan go international.

Cuma satu yang saya ingin lihat dari PSSI, yaitu independen. Alias jauh dari unsur politik dan menjadi kendaraan bagi pihak yang memiliki banyak kepentingan. Dan yang pasti bersih dari bendera partai politik manapun! Tidak ada biru, kuning bahkan merah sekalipun. Tapi, orang yang ahli di bidangnya, seperti mantan pemain, pengamat atau wartawan olahraga. Karena induk organisasi manapun di dunia, tidak pernah diisi oleh para politikus. Sebagai contoh FA, federasi sepakbola Inggris, meski para pengurusnya mengaku pendukung Partai Buruh, tapi tak ada satupun anggotanya yang menjadi pengurus partai tersebut. Karena mereka ingin FA tetap independen dan menjadi milik seluruh rakyat Inggris, khususnya penggemar sepakbola. Kalau PSSI diisi oleh para politikus, PSSI akan berubah menjadi Partai Sepakbola Seluruh Indonesia!

Atau memang NH berniat menjadikan PSSI sebuah partai? Entahlah...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline