Ketika mengikuti do'a bersama mengenang tiga hari berpulangnya seorang guru yang biasa di sapa bu guru Wende (08/03/ 2021),pemimpin doa mengawali dengan kata-kata yang menyentuh hati;
" guru; guna untuk rakyat umum, guru; digugu dan ditiru". Suasana semakin terenyuh, kala perwakilan rekan guru menceritakan tentang kebersamaan mereka sebelum bu guru Wende berpulang. " Selama bulan Januari 2021, kami masih bersama-sama menghantar tugas untuk siswa dan menjemput tugas yang sudah dikerjakan siswa di rumah selama masa Covid-19". "Selama itu dalam pikiran kami,almarhumah sehat-sehat saja karena setiap menjalankan tugasnya almarhumah tidak pernah menunjukkan bahwa ia sakit, justru semangat dan ceria selalu ia tunjukkan". " Baru di penghunjung Januari almarhumah menceritakan bahwa selama ini ia menahan rasa sakit yang tak terperih". "Kami baru mengetahuinya bahwa almarhumah selama ini mengidap kangker payudara". " Sejak Februari 2021 almarhumah disarankan untuk istirahat dan fokus mengobati sakit yang diderita".
Takdir mengatakan lain, Kamis, 04 Maret 2021 bu guru Wende memenuhi panggilan menghadap Khalik sang pemilik kehidupan dari semua makluk yang ada di buana raya ini.
Dari apa yang dirasa dan didengar, ijinkan penulis menguraikan dari sekelumit kisah tersebut di atas;
Guru ; Guna untuk rakyat umum
Kata Guru dalam bahasa sanskerta secara etimologi berasal dari dua suku kata yaitu Gu artinya darkness dan Ru artinya light (Wikipedia encyclopedia).
Sungguh menarik,ternyata kata Guru tersusun dari dua suku kata yang bermakna berlawanan yaitu gelap versus terang. Jadi secara harafiah guru atau pendidik adalah orang yang menunjukkan "cahaya terang" atau pengetahuan dan memusnahkan kebodohan atau kegelapan.
Guru sejati adalah dia yang menyerahkan jiwa raganya untuk menerangi kegelapan dalam diri anak didik yang dipercayakan. Dia menjadi pelita dan akan selalu ada untuk anak-anak didiknya agar tidak terperangkap dalam kegelapan apapun kondisinya. Guru yang baik akan selalu melaksanakan segala kewajiban dengan sebaik-baiknya dari semua tanggung jawab dan kepercayaan yang terberi. Kehadiranya ibarat sebuah pensil yang akan selalu menulis di atas kertas putih dalam diri anak didik dengan tinta kejujuran,keikhlasan, kebenaran dan kebaikan.
Penulis terenyuh dari kisah bu guru Wende di atas, sakit yang diderita lantas tidak mengahalanginya menebar kebajikan dengan tetap menjadi light (cahaya) bagi anak didik dalam kemuraman (darknes) covid-19 untuk tetap melaksanakan semua tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru seperti; mempersiapkan bahan ajar , menghantar bahan ajar untuk siswa belajar di rumah, dan menjemput semua tagihan yang sudah dikerjakan siswa. Sakit yang di rasa tidak menghalanginya melakukan sesuatu yang berguna untuk rakyat umum yang ada dalam diri anak didik, walau pada akhirnya ia harus tunduk pada pedih yang tak terperihkan,"Anakku, ibu sudah tak sanggup lagi, ibu harus kembali".
Guru; digugu dan ditiru
Dalam Wikipedia encyclopedia dinyatakan "A guru (Sanskrit: ) is a person who is regarded as having great knowledge, wisdom and authority in a certain area, and uses it to guide others". Guru adalah seseorang yang dihormati karena pengetahuannya, kebijaksanaannya, kemampuannya memberikan pencerahan, kewibawaan dan kewenangannya menuntun orang lain.
Dari bu guru Wende kita belajar, seseorang dihormati bukan karena jabatan atau kedudukannya tetapi dari keteladanan yang ditunjukkan. Hidup sebaik-baiknya adalah perihal tentang pengorbanan dan perjuangan serta melunasi setiap tanggung jawab yang terberi. Sehingga, semua orang akan selalu di dera rindu pada sosok seorang guru.