Lihat ke Halaman Asli

Kalian Siapa?

Diperbarui: 27 Mei 2021   00:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.alinea.id

Bayangkan Si Kecil dan Ibunya di sebuah negeri yang luar biasa, Palestina. Si Kecil yang lucu dan Si Ibu yang penuh cinta  menunaikan sahur bersama di dunia dan berbuka di surga. Ramadhan kala itu adalah Ramadhan terakhir bagi mereka.

Bayangkan seorang ayah dari keluarga kecil yang damai. Dalam perjalanan pulang membawakan hadiah untuk Si Kecilnya. Namun siapa sangka, ternyata Si Kecil terlebih dahulu memberikan hadiah kepada Sang Ayah. Sebuah Surga, hadiah indah yang dipersembahkan untuk Ayah.

Lihat, betapa indahnya cara pandang mereka akan masalah yang terjadi terhadap mereka. Walaupun zionis mencoba menyiksa, memperkosa, hingga menghilangkan nyawa dari mereka, tetap saja mereka masih bisa tersenyum menatap surga.

Lihat, betapa gigihnya mereka berjuang menyongsong jihad. Mengambil berkah dari sebuah perjuangan yang bersahut dengan takbir penuh semangat. Lalu di antara dari mereka akhirnya menjemput syahadah dengan gemilang, berdiri tegak menjadi seorang pemenang.

Ketika pasukan Islam pergi menyongsong panggilan jihad di perang Uhud, ada salah  seorang yang menarik diri dari pasukan ketika pasukan musuh menampakkan dirinya. Orang itu bernama Abdullah bin Ubay. Mungkin ia tergelak ketika menyaksikan luka-luka kaum muslimin di perang Uhud.

Hari ini, kawanku. Bisa kita lihat dengan jelas bagaimana generasi-generasi Abdullah bin Ubay yang baru. Mereka bahkan lebih parah dibandingkan Ibnu Salul ini. Seperti mereka yang mengaku beriman ,tetapi malah memilih untuk diam ketika para mujahid Palestina sedang diposisi tidak aman. 

Di hari-hari lain, mereka berlagak seperti orang yang sedang bersungguh-sungguh memperjuangkan Islam. Retorikanya dalam menjelaskan Islam Progresif sangat meyakinkan. Tapi dengan diamnya mereka sekarang membuat kita sadar, bahwa Iman hanya sampai di mulut mereka, tidak dengan hati mereka.

Hari ini, wahai kawanku. Bisa kita saksikan yang lebih mengerikan dari orang-orang seperti tadi. Mereka mengaku beriman tetapi malah mendukung penindasan atas saudara seimannya. Mereka bahkan menyalahkan para mujahid yang kini tengah berjuang mempertahankan Iman. Dengan ringan lidah mereka berkata "Palestina bukan urusan kita!" Pernyataan ini seperti mereka tidak punya otak untuk belajar sejarah. 

Coba lihat, dari zaman Soekarno hingga Presiden sekarang, kita sebagai bangsa Indonesia yang berprikemanusiaan akan selalu tegak berdiri membela tanah suci itu, tanah Palestina. Maka, wahai kawanku, pertanyakan kepada mereka yang membela para penjajah "KALIAN SIAPA?"

Wahai kawanku. Mereka yang munafiq memang susah memahami berkah dalam payah dan penatnya perjuangan. Di jalan para pejuang mujahid hanya ada kejayaan dan kemuliaan sebagai syahid; tak ada opsi ketiga! Adapun jika engkau berkhianat, hidupmu akanlah hina, sedangkan matimu adalah awal dari nestapa yang sesungguhnya.

Oh kasihan sekali, sungguh kasihan, mereka yang tak menikmati manisnya perjuangan. Sementara saudaranya berjuang, ia malah sibuk dengan dunianya, bahkan sampai mencaci. Mereka mengaku memperjuangkan Islam tapi yang terlihat malah penyakit cinta akan dunia dan fanatisme golongan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline