Bukan voucher undian, bukan juga THR seribuan. Serpihan kertas tersebut adalah sampah bekas petasan jumbo yang berhamburan di jalanan dan pelataran.
Sudah saatnya bagi umat muslim untuk merayakan kemenangan hari raya Idul Fitri atau lebaran setelah menunaikan ibadah puasa Ramadhan. Menyalakan petasan menjadi salah satu cara untuk memeriahkan lebaran, mulai dari petasan kecil hingga besar.
Salah satunya ada di Kecamatan Ngluwar, Magelang, Jawa Tengah. Warga di Kecamatan Ngluwar tak pernah absen untuk menyalakan petasan di hari raya Idul Fitri. Bukan hanya petasan kecil seperti mercon atau kembang api, tetapi justru petasan jumbo. Tak elak jika suara dentuman yang dihasilkan dari petasan tersebut juga sangat besar. Kebiasaan tersebut banyak menimbulkan pro dan kontra di tengah kalangan masyarakat.
Tinah salah satu warga Kecamatan Ngluwar berusia 56 tahun, mengatakan bahwa menyalakan petasan jumbo di hari raya Idul Fitri sudah menjadi budaya di kalangan masyarakat sekitar, sehingga ada pemakluman untuk tradisi tersebut. Meskipun dentuman suara yang dihasilkan oleh petasan memang mengganggu dan mengagetkan, tetapi Tinah berusaha untuk tidak ambil pusing dan membiarkan hal tersebut, begitupun dengan warga lainnya.
"Ndak ada yang berani protes, karena kalau protes orangnya (masyarakat) juga genti protes. Inikan cuma satu tahun sekali, jadi ndak papa sebagai perayaan saja dan ikut seneng," ujar Tinah.
- Sudah menjadi tradisi
Tradisi menyalakan petasan jumbo di daerah tersebut sudah berlangsung sejak lama. Tak sulit bagi masyarakat Ngluwar untuk mendapatkan petasan berukuran besar itu. Mereka hanya perlu mendatangi salah satu rumah warga yang merupakan produsen petasan jumbo. Benar, petasan-petasan itu diproduksi oleh warga setempat. Tak elak jika budaya main petasan jumbo masih ada hingga saat ini. Untuk meminimalisir bahaya, biasanya petasan jumbo dimainkan oleh kalangan dewasa, sehingga memang tidak diperuntukkan untuk anak-anak. Oleh karena itu, sejauh ini tidak ada kecelakaan saat bermain petasan jumbo khususnya pada anak-anak.
"Itu (yang memainkan) orang-orang dewasa, bapak-bapak. Kalau anak-anak ndak boleh lah. Kalau anak-anak paling yang kecil-kecil, bantingan, kembang api, nah itu baru (boleh)" Jelas Tinah.
Selain bisa menyebabkan kebisingan dan bahaya, petasan jumbo juga dapat mencemari lingkungan sekitar. Petasan yang telah meledak kemudian meninggalkan sampah kertas yang berserakan di sekitar lokasi bermain petasan seperti jalanan, halaman rumah, ataupun sawah. Tinah tidak terlalu ambil pusing terkait hal tersebut, karena menurutnya nanti sampah kertas tersebut juga akan tersapu oleh angin ataupun terbawa air hujan dan melebur dengan sendirinya.
Ia berpendapat bahwa sampah kertas petasan yang berada di jalanan merupakan upaya warga sekitar untuk tidak mengganggu warga lainnya dengan tidak menghidupkan petasan di halaman rumah, sehingga mereka menyalakannya jauh dari pemukiman warga, seperti di jalanan ataupun di persawahan. Maka tak heran jika selepas pulang dari shalat Ied kita akan melihat banyak pemandangan kertas-kertas putih yang berhamburan di berbagai tempat di sana.
- Selalu ada himbauan dari Kamtibmas