Lihat ke Halaman Asli

Vika Kurniawati

Freelancer

Reuni Aroma Nasi Bungkus Daun Jati di Kafe Kopi Lumbung Mataram

Diperbarui: 8 Januari 2021   13:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menu masakan, lauk pauk serta kudapan. Doc:  Riana

Godhong Djati atau Daun Jati yang menjadi bungkus menu nasi menjadi penarik mata saya saat membaca menu di kafe Kopi Lumbung Mataram. Sudah sangat lama saya tidak menyentuh langsung Daun Jati, bukan hiperbola loh ya. Dulu sewaktu masih usia lima tahun saya mengayun-ayunkan selembarnya di halaman rumah nenek yang berbentuk Joglo. Oya tanaman jati (Tectona grandis) dulu mudah ditemukan di hutan negara tropis. Sekarang masih bisa ditemukan di area perbukitan dengan kondisi tanah tertentu.

Halaman kafe Kopi Lumbung Mataram. Doc: Riana

Saat pulang ke rumah, mendapati Ibu membeli sekerat daging sapi yang telah dibungkus Daun Jati serta dililit sulur bambu tipis. Kata Ibu, lembaran Daun Jati bisa membantu mengawetkan dan menyegarkan daging sapi.

Kemudian tahun berganti, demikian juga kehadiran Daun Jati semakin jarang saya temui. Dan saat melihat sendiri tumpukan bungkus Nasi Daun Jati di kafe Kopi Lumbung Mataram, saya bergembira. Nama menunya Sego Lumbung Mataram yang disajikan bersama beragam lauk pauk serta masakan ala tradisonal Jawa.

Pelanggan mengambil sendiri lauk pauk.Doc: Riana

 Saat kami bertandang,  bisa mengambil sendiri secara prasmanan plus sajian kudapannya. Untuk sajian minuman seperti Kopi Lumbung Mataran, Wedang Uwuh dan lain-lain bisa dipesan kepada mba mas penyaji.

Uniknya piring yang digunakan sebagai alas merupakan piring berbahan seng/alumunium jadul bermotif bunga-bunga. Piring yang dulu sangat familliar dipakai nenek kita sehari-hari. Sayang sekali saya tidak sempat mengabadikan penampakannya. 

Sistem prasmanan.Doc: Riana

Sore itu, iya saya dan teman-teman Kompasianer Jogja bertandang sekitar pukul 16.30 WIB dan disambut Bu Ida yang merupakan salah satu pengurus kafe Kopi Lumbung Mataram. Teh manis panas tersaji disela kami berbincang tentang sejarah bangunan kafe yang ternyata berusia sekitar 170 tahun. Beberapa properti seperti bangku, cermin, kursi goyang dan cermin merupakan koleksi asli dari leluhur yang pada masanya  berprofesi sebagai pedagang tenun dan kerajinan tembaga.

Suasana senja di kafe Kopi Lumbung Mataram. Doc: Riana

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline