Lihat ke Halaman Asli

Vika Kurniawati

Freelancer

Menemukan Rusa Noe dan Seulas Senyum di Kopi

Diperbarui: 5 Februari 2018   08:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Logo rusa Noe. Doc:Pribadi.

"Penikmat kopi instan," dan kami bertambah tergelak saat arsitek caf tersebut membenarkan cara minum kopi. Bagaimana tidak jika Saya mengaduk kopi namun urung membenamkan kristal gula, sehingga yang hilang hanya foam, bukan pahit khas kopi. Saya memang baru penikmat kopi ternyata.

Apa Saya malu? Tidak, karena dengan ramah Rommy Wardhana selaku  supervisor, serta Lucky sebagai arsitek Noe menjelaskan dengan detail, hingga jarum pendek di penanda waktu sudah entah berputar berapa kali. Dunia kuliner, dan beverage memang tak pernah kunjung habis untuk dipelajari. Kali ini Saya lebih mendekat ke dunia kopi walau baru selangkah.

4 menu Latte. Doc:Pribadi.

Anda melihat, ada empat nama olahan turunan kopi yang tertera di masing-masing mug kuning telur. Demi apalagi kalau bukan mengetahui detail, dan ciri penampilan mereka. Saya meminta mba Leni, teman blogger, untuk menuliskan semua nama beverage yang disajikan saat senja. Sebut saja Hazenut Latte,Caramel Latte, Hot Coffee Mocha, dan Vanilla Latte. Saya sendiri memilih menikmati Vanilla Latte, dan gerimis di luar cafe jalan Wahidin Sudirohusodo no 58 menambah sering mug terangkat mendekati bibir tak bergincu.

Bila diperhatikan tentu terlihat sepotong biscuit bertabur gula pasir, maka bukan sekedar pemanis secara visual saja. Biskuit tersebut diperuntukan bagi pemesan kopi yang memilih tak menggunakan gula.  Oya kopinya dari penggilingan kopi langsung alias bukan kopi instan, jadi kalian tetap bisa pesan Ekspresso, dan melihat pembuatannya secara langsung. Meja bar sendiri terletak di depan sederet meja, dan bangku ruang utama. Tidak menyangka bahwa gudang adalah awal mula ruangan yang Saya kitari sambil bersenda-gurau. Memperbaiki sesuatu akan lebih lama daripada menggantikannya dengan yang baru, dan sisa cat rona hijau ungu  di sudut dinding pintu cafe menjadi salah satu saksinya.

Penulis dan catur. Doc:Pribadi

Jika ditanya kesan apa yang pertama kali Saya dapatkan saat melangkah masuk, maka kehangatan walau pendingin ruangan menyala. Bukan semata karena warna yang dipilih ataupun luas ruangan, namun atmosfer yang terbentuk. Jika sudah datang ke tempat ini maka Anda akan tahu apa maksud Saya.  Oya ada dua sofa abu-abu skala besar yang siap membuat rombongan bisa santai berdiskusi mulai pukul 09.00-02 WIB, rentang jam produktif para mahasiswa pengejar skripsi.

Untuk pelanggan yang lelah berkata-kata maka ikut langkah Saya untuk memainkan bidak-bidak unik di meja kayu tengah ruangan. Jika masih saja kehausan akan hiburan maka segepok nutrisi pikiran siap dijamah di sisi tenggara caf. Sebut saja judul buku yang memotivasi diri yang bisa Anda sebutkan, dan sudah pasti gratis dibaca namun  tidak untuk dibawa pulang ya,

Stok buku. Doc:Pribadi

Sejurus mata berputar, maka ornamen rusa berdiam dengan manis di tiap sudut caf. Bukan hanya menempel  ketat di dinding dalam bentuk mural, namun juga diaplikasikan sebagai penanda no meja. Saya menjadi teringat momen yang dirayakan setiap Desember, di mana Santa akan datang dengan kereta salju rusanya. Setelah dirunut balik maka pemilihan rusa terutama bila difokuskan ke bagian tanduk, maka terdapat filosofi tersendiri. Sesuai perwujudan tanduk rusa jantan maka terdapat harapan cafe tersebut berkembang, dan bertumbuh lebih kuat serta tajam.

Wawancara dengan Rommy.W dan Lucky. Doc:Pribadi


Setelah berbicara dari a sampai z, mulai dari ubin sampai cat asli tiang kayu maka tibalah waktunya aroma sajian yang direkomensikan untuk dinikmati. Awalnya tidak mengira akan mendapati menu fushion yang selalu menarik perhatian Saya, apalagi jika bukan Chicken Teriyaki Rice Bowl. Saya memang pengemar kuliner khas Jepang, terutama jika ada nasi di dalamnya. Maklum perut orang Indonesia.

Chicken Teriyaki Rice Bowl. Doc:Pribadi

Yang Saya perhatikan tentu nasinya, walaupun belum menggunakan beras Jepang ternyata terasa lunak serta menyatu dengan cita rasa saus Teriyaki yang sudah disesuailkan bumbunya. Ukuran potongan ayam tanpa tulangnya juga sepadan dengan harga yang dipasang, cukup untuk menghabiskan nasi dalam mangkuk besar tersebut. Untuk kantong mahasiswa cukuplah bersahabat, dan Saya kekenyangan. Sebenarnya masih ada sederet menu pembuka, camilan maupun hidangan utama serta dessert yang lain, namun lain kali akan Saya bahas.

Smoking area. Doc: Noe

Berhubung lokasi tepat di jantung beberapa kampus, maka tipe pelanggan tentu yang bergelut riang dengan aplikasi sosial media, dan  free wifi termasuk jumlah colokan charge mudah diakses. Betah pastinya, jadi kapan ke Noe lagi ketemu rusa, serta seulas senyum di  kopi?



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline