Lihat ke Halaman Asli

Vika Kurniawati

Freelancer

Menanti Tarian Naga Kembali di PBTY XII 2017

Diperbarui: 2 Februari 2017   08:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalender Imlek|Foto: Dokument pribadi

Bukan hanya naga, namun penari dari Jepang dan India akan menyemarakkan Pekan Budaya Tionghoa XII, " penjelasaan dari Tjundaka Prabawa selaku tokoh kampung Ketandan dan panitia PBTY langsung membuat saya tersenyum. Saya memang salah satu penyuka kesenian tarian naga khas budaya Tionghoa. Ada suasana magis di setiap liukan yang lincah sekaligus memukau.

Panitia PBTY ke XII dan Kompasianer Jogja|Foto: Dokument pribadi

 Pada Rabu, 25 Januari 2017, Move On Cafe Shop menjadi tempat bagi Panitia PBTY XII, untuk menggelar diskusi singkat mengenai event budaya tahunan tersebut pada Kompasianer Jogja. Gerimis lumayan deras di luar kafe yang terletak di jalan Prawirotaman no 8, tidak menyurutkan kisah dari Jimmy Sutanto mengenai sejarah Pekan Budaya Tionghoa.

Move On Cafe|Foto: Dokument pribadi

Sebuah deretan kisah yang urung diketahui para generasi muda, dan ternyata menjadi kisah heroik atas nama toleransi. Salah satu pencetus pertanyaan dari jawaban penuturan kisah itu adalah : Mengapa selalu kampung Ketandan yang menjadi tempat penyelenggaraan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta?

Jimmy Sutanto dan Tjundaka sebagai narasumber|Foto: Dokument pribadi

 Berikut jawaban sekaligus fakta yang terangkum:

1. Ketandan adalah tempat pecinaan pertama di Yogyakarta.

Sri Sultan memberikan areal tanah yang tak jauh dari Kraton kepada Kapten Tan Jin Seng selaku wakil kraton. Oleh karena itu Ketandan menjadi nama perkampungan bagi etnis Tionghoa yang bersatu  dan memilih berdagang sebagai mata pencahariannya.

2.  Klenteng di kampung Ketandan menghadap ke selatan.

Pembangunan klenteng di kampung ketandan yang mengarah ke selatan dimaksudkan sebagai tanda terima   kasih sekaligus tanda penghormatan pada kraton dan Sri Sultan.

3. Rumah budaya peninggalan Kapten Tan Jin Seng terdapat di kampung Ketandan.

Kapten Tan Jin Seng mendirikan rumah khas Tionghoa sebagai tempat bermukim sekaligus ruang pertemuan bagi penduduk kampung Ketandan. Hingga kini bangunan lengkap  dengan isi peralatan rumah tangga tetap terjaga keasliannya, dan sedianya akan dibuka untuk umun saat Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta ke XII.

Foto: Dokument pribadi

Dari ketiga fakta maka kampung Ketandan memang akan selalu menjadi tempat di mana Pekan Budaya Tionghoa terus berlangsung dari tahun ke tahun.  Diskusi singkat tersebut, juga didapatkan informasi yang menarik mengenai pedanaan dan perbedaan mendasar antara PBTY ke XII yang akan diadakan 5-11 Februari 2017 dengan event yang sama setahun yang lalu.

1. Adanya acara membatik oleh pemuda Tionghoa dengan dukungan Batik Sekar Jagat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline