Vika Kurniawati, No: 66
“Tujuh hari larva gagal menetas. Kenapa dia membunuh calon adiknya?"
Londre yang sedang sibuk makan cairan nektar bunga terpaksa terbang mendekati anak sulungnya. Sebagai suami takut istri, dia tak ingin kedua tubuh besar dua betina tercintanya merusak rakitan telur yang tersisa di balik daun. Dia tahu harus membawa Lindo menuju kotak Pandora. Guci tanah yang entah mengapa disebut kotak, selalu menjadi jalan ahkir masalahnya seperti seminggu yang lalu. Saat itu dia minta jodoh.
Dengan ijin istrinya, penerbangan perdana mereka keluar sarang dimulai. Sepuluh menit kemudian deburan air terjun sudah terlihat. Dia tahu saat kotak berwarna coklat tua terbuka, maka terbang secepat angin harus dilakukannya jika tak ingin mati. Gua di balik air terjun penuh capung saat malam.
Di balik batu berlumut sepuluh kaki siput jauhnya dari kotak pandora, dia mendengar Lindo merapal. "Bla bla bli bli, putri ratu nyamuk memintamu terbuka."
Gumpalan asap abu-abu mirip hasil bakaran tanah gambut merembes keluar dari sisi penutup kotak. Perlahan Londre melihat dua sayap bersisik putrinya berubah baju yang menutupi lengkuk tubuh manusianya, dan enam kaki berduri menjelma menjadi dua lengan serta tungkai langsing. Sepasang mata majemuk perlahan menjadi kornea berbulu mata. Antena tak lagi seperti pipa, namun mengumpal berbentuk telinga manusia. Di balik bibir semerah darah, robosis menjadi sederet gigi tajam.
Namun Londre paling terkejut setengah hidup saat raut wanita itu sangat mirip wajah istrinya sebelum membuka kotak Pandora seminggu yang lalu. Dia teringat saat menemani istrinya menyedot protein di sela urat kulit seorang manusia berjubah coklat gading. Sambil menggaruk efek antikoagulan, manusia yang tak makan hewan itu mengatakan sesuatu tentang karma dan reinkarnasi.
Ingatannya menyusut kala dengungan yang diakrabinya terdengar mendekati persembunyian Lindo. Kepanikan menjelma, namun saat dia ingin berteriak namun tak ada dengungan.
"Ughh dasar nyamuk nakal!"
Londre melihat tangan wanita tersebut menepuk tubuh istrinya. Dia menjadi duda saat itu juga.