Lihat ke Halaman Asli

Ro Vie

Perempuan biasa yg mengabdi pd pendidikan

Marsidi Sang Penderes

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Aku mengajar di sebuah sekolah di suatu kecamatan di Purbalingga tepatnya di kecamatan Mrebet,kecamatan ini berada di timur kaki gunung slamet jalur luar kota Purbalingga arah menuju kabupaten Pemalang,di Mrebet inilah aku mulai mengenal apa itu tukang nderes/penderes/orang yang mengambil air nira untuk membuat gula merah. Singkatnya setiap hari senin dan kamis jam 07.00 s/d 09.15 aku mengajar di kelas2 ujung belakang dimana kelas tersebut dekat dengan perkampungan penduduk,karena letak sekolah kami yg  lebih tinggi dengan perkampungan penduduk maka saya bisa sedikit leluasa melihat kegiatan para penduduk di sana jika saya keluar kelas dan kami juga bisa melihat para penderes mengambil nira dari kaca jendela kelas,penderes biasanya mengambil nira pada jam 8.30 - 09 lebih. Ada yang mengusik perhatianku tanpa sengaja di saat menunggu anak2 ulangan saya perhatikan tukang nderes yang sedang memanjat salah satu pohon kelapa yg kebetulan jaraknya tidak begitu jauh dari kelas,ada yang aneh,begitu hati-hatinya dia memanjat, kakinya selalu meraba-raba mencari celah buatan untuk menopang dan tanganyapun seperti itu, apakah dia takut?ah...tentunya tidak...sudah pekerjaanya setiap hari (batinku)atau apakah dia tidak bisa melihat?keingintahuanku semakin besar,setelah dia tidak terlihat dari jendela sayapun keluar kelas pergi ke arah tembok keliling sekolah dan melihat ke bawah,sepertinya orang tersebut bisa melihat,jalanya tidak seperti orang buta. Akhirnya saya putuskan hari rabu  ada kosong kelas di jam 08.30,sengaja saya menuju ke pojok belakang sekolah menunggu si tukang nderes saya lihat dia sedang mengambil nira di pohon kelapa yang paling jauh,sengaja kumenunggu dia sampai di pohon kelapa yang paling dekat dengan sekolah tidak ada 1 meter aku bisa melihatnya ketika dia memanjat di pohon kelapa itu,Ya Allah.....ternyata benar....dia buta,sampai akhirnya saya tahu dia bernama Marsidi,dia punya seorang istri dan 3 anak,betul2 perjuangan demi menghidupi anak dan istri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline