Bagaimana bisa makan makanan halal jika berada di luar negeri? Jangan salah, makanan halal kini tersedia di banyak tempat di luar negeri. Di Thailand, China dan Perancis contohnya.
Mencari produk halal di negeri sendiri agak sulit, karena regulasi pemerintah Indonesia tak mengatur secara ketat peredaran produk, baik makanan dan lainnya. Sehingga konsumen di Indonesia harus pintar-pintar memilih produk yang berlabel halal sertifikasi Majelis Ulama Indonesia (MUI). Padahal, mayoritas konsumennya adalah muslim. Sayangnya, walaupun menjadi negara terbesar jumlah muslimnya, tapi negara kita bukan termasuk pengekspor makanan halal. Nah, bagaimana jika di negara yang mayoritas non muslim seperti di Thailand, Cina dan Perancis? Bisakah di sana kita menyantap makanan tanpa merasa was-was makanan itu halal atau haram? Tekad Thailand menjadi produsen makanan halal terbesardunia Thailand memang mayoritas non muslim. Tapi soal makanan halal, ternyata Negara Seribu Pagoda ini menjadi negara produsen makanan halal terbesar di dunia. Bersama Malaysia, Thailand yang memulai bisnis makanan halal sejak tahun 2000 sangat agresif menembus pasar Asia, Eropa, dan Afrika. Produk halal dari Thailand ini diakui secara internasional.Hal itu disebabkan karena standar makanan halal diawasi secara ketat oleh organisasi atau asosiasi muslim yang kredibel. Bukan saja dengan ketat mengontrol produk, pihak asosiasi muslim Thailand juga mengontrol sampai ke dapur dan peralatannya, tidak sekedar memberi label halal saja. Industri makanan di Thailand jika ingin mendapatkan akreditasi dan sertifikat halal, harus mendaftar ke Thailand's Central Islamic Committee (TCIC). Dari situ makanan ditinjau sesuai dengan prosedur halal yang mereka tetapkan. Jika sudah sesuai dengan standarisasi halal, maka baru diakreditasi. Setiap tiga bulan sekali, produsen tersebut akan kembali ditinjau apakah masih sesuai dengan standar halal. TCIC sendiri menyatakan peluang ekspor makanan halal bisa mencapai 80 Milyar Dollar Amerika per tahun. Peluang yang menggiurkan itu tentu saja bisa dicapai dengan prakarsa pemerintah Negeri Gajah Putih ini dengan cara memberi bantuan finansial pada para produsen makanan halal tersebut. Bahkan beberapa institusi pendidikan peduli tentang masalah halal-haram ini. “Beberapa institusi pendidikan telah membuka program pelatihan untuk makanan halal, “ kata Phaisal Phromyong, ketua Islamic committee Halal Activity. Tujuan pasar produk halal Thailand adalah Singapura, Malaysia, Indonesia, United Arab Emirates, Saudi Arabia, Mesir dan juga Afrika yang setengah populasinya adalah muslim. Kebutuhan ekspor ini bisa dipenuhi dengan memberdayakan 600 pabrik makanan halal lokal yang 30%-nya adalah pabrik baru. Peran pemerintah Thailand cukup besar. Melihat peluang bisnis yang cukup menggiurkan dengan pasar muslim dunia yang belum banyak dilirik oleh banyak negara membuat Thailand bertekad menjadi pusat produsen makanan halal dunia. Cara itu ditempuh dengan membangkitkan industri kecilnya. Selain memberi bantuan finansial, Thailand juga bekerja sama dengan Malaysia, sesama produsen produk halal dalam hal pengepakan makanan halal. Tidak berhenti sampai di situ, Universitas Chulalongkorn juga memiliki lembaga yang disebut The Halal Science Center (HASCI). HASCI terbentuk karena adanya kepedulian untuk melindungi konsumen muslim yang sering kesulitan menemukan makanan halal di Thailand. Teknologi digunakan oleh HASCI untuk menganalisis perkara halal atau tidak suatu bahan yang dikonsumsi atau dipakai.
Organisasi yangtelah berdiri selama 10 tahun ini juga telah menjadi pionir dalam hal teknologi halal dan haram yang berstandar internasional. HASCI juga bekerja sama dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat di universitas yang sama dengan kurikulum yang berkaitan dengan teknologi terapan untuk makanan halal. Tak heran jika HASCI menerima penghargaan dari Jurnal Halal Award untuk kategori Inovasi Terbaik dalam Industri Halal. Pemerintah Kerajaan Thailand sendiri sudah memberikan prioritas untuk masalah makanan halal dengan membuat peta letak kedai, restoran dan hotel yang menyediakan makanan halal. Turut aktif membantu HASCI serta organisasi terkait lainnya. Selain itu, pemerintahan Raja Bumibol Adulyadej ini aktif menggelar pameran produk halal baik di dalam maupun luar negeri dan mengadakan pertemuan dengan organisasi-organisasi Islam untuk memperkenalkan produk halal Thailand tersebut. Rencana besar yang kini sedang dikerjakan oleh Pemerintah Thailand adalah akan dibentuknya Industri Pengolahan Makanan Halal yang berlokasi di Distrik Panarae dan Saiburi, Propinsi Pattani yang mayoritas masyarakatnya muslim yang direncanakan akan beroperasi tahun ini. Mencari Qīngzhēn càidi China Walaupun bukan negara yang mayoritasnya muslim, tapi ada lebih dari 60 juta muslim di China. Dengan suku-sukunya antara lain suku Huizu, Uygur, Kazakh, Kirgiz, Tajik, Uzbek, Tatar dan lain-lain. China dan Arab sebenarnya memiliki sejarah yang panjang. Sebab, sahabat Nabi banyak yang ditugaskan ke China pada masa kenabian. Pada masa Khalifah Utsman bin Affan, terjadi pertukaran ilmu pengetahuan yang dibawa oleh muslim Arab dengan China.
Laksamana Cheng Ho (muslim China yang menetap di Semarang pada zaman Majapahit) sempat menjadi navigator jema’ah musim China untuk beribadah haji ke Mekkah tahun 1300-an. Sayangnya, perkembangan Islam nampak stagnan sejak dibangunnya tembok pembatas (great wall) sehingga sempat menghalangi komunikasi dengan dunia muslim Arab. Makanan halal biasa disebut dengan Qīngzhēn cài(makanan yang suci dan mengandung kebenaran). Sedangkan masjid biasa disebut dengan Qīngzhēn si. Ulama muslim atau muslim biasa disebut Qīngzhēn. Istilah ini tadinya tidak ada dalam bahasa China kuno, tapi sejak Periode Ming dan Qing, kata-kata ini merujuk pada kata yang berkaitan dengan muslim. Pada masa pemerintahan Dinasti Mongol-Yuan (1206-1368), makanan halal diperkenalkan ke istana dimana keturunan Persia dan muslim memegang peranan penting saat itu. Menurut sejarawan Bai Jianbao, makanan halal menjadi produk yang popular saat itu. Menurut catatan sejarah, makanan halal tersebut diberi nama Jujia biyong shi lei quanji(Kategori makanan dasar untuk keluarga kerajaan) dan dikenal sebagai makanan untuk muslim. Makanan kerajaan pada Dinasti Qing juga berisi makanan halal. Kaisar sering minta dibuatkan makanan halal oleh koki kerajaan. Berarti di China sendiri, makanan halal bukan sesuatu yang aneh karena hal ini sudah ada sejak berabad silam. Sebagai catatan,pada abad ke-19 saja sudah banyak berdiri restoran muslim di daerah Shenyang (Sekarang Propinsi Liaoning), Tiyuan (Shanxi), Anxing (Anhui), Xi’an (Shaanxi), Baoding (Hebei), Laohekao (Hubei), Kaifeng (Henan), Nanjing (Jiangsu), Changsa (Hunan) dan Tianjin. Tahun 1952, Pemimpin muslim China, Burhan, Depusheng dan Pang Shiqian berinisiatif untuk membentuk Organisasi Muslim China (CIA) yang beranggotakan 270 organisasi lokal muslim China. CIA berperan dalam pengembangan Islam di China, termasuk juga memberikan sertifikasi produk halal untuk perusahaan makanan dan produk halal di Negeri Tirai Bambu itu. Salah satu perusahaan makanan halal terkenal di China adalah Qingheyuan, di Linxia, Propinsi Gansu, yang mayoritas penduduknya muslim. Perusahaan itu berdiri di daerah yang cukup subur di Linxia. Selain memproduksi kambing dan sapi yang disembelih sesuai dengan syariat Islam, perusahaan ini juga memproduksi produk halal lainnya. Qingyehuan berdiri di atas area 163 meter per segi di Zona industri Bafang di areal yag cukup luas itu terdapat 20 buah peternakan sapi dan kambing, juga terdapat 32 ribu keluarga peternak di sana. Ternak kambing mencapai 1,94 juta ekor sedang hasil dari peternakan sapi mencapai 19 ton per tahun. Sapi dan kambing yang disembelih di Perusahaan Qingheyuan berasal dari dataran yang tinggi. Makanan sapi dan kambing tersebut cukup sehat karena bebas polusi dan air untuk konsumsi ternak berasal dari salju gunung. Karena itu Qingyehuan berani menjamin daging sapi dan kambing produksinya bebas pencemaran dan bermutu tinggi. Tak heran jika perusahaan ini banyak dikunjungi pengusaha dari negara lain, bahkan mereka mengimpor daging halal Qingyehuan ke negara mereka. Perusahaan ini juga bekerja sama dengan Universitas Pertanian Gansu untuk menjamin kualitas produknya. Qingyehuan juga bekerja sama dengan pengusaha makanan halal lain untuk membuat proyek makanan halal sehingga makin banyak tumbuh kedai atau restoran makanan halal di negeri Tirai Bambu itu. Dengan adanya pabrik Qingyehuan, masyarakat petani yang tinggal di daerah yang dikenal dengan sebutan Mekkah di China ini, taraf kehidupannya semakin membaik. Ada produk halal, tak lepas dari para usahawan muslim China yang sukses, diantaranya adalah Wan Jianhua. Dia adalah direktur Lembaga Perusahaan Makanan Daging Halal Yuhua Ningxia, dengan merknya “Putera Padang Pasir”. Merk ini kini dikenal luas di China. Perusahaan makanan halal Yuhua Ningxia termasuk salah satu perusahaan penting di daerah Wuzhong, Ningxia. Wan Jianhua juga bercita-cita mengembangkan industri makanan halal dan berusaha menjadi pusat pemrosesan daging halal di China. Wan Jianhua mengaku, mulai belajar meningkatkan kualitas produk agar produknya memiliki sertifikasi halal yang berlaku secara internasional. Tumbuhnya perusahaan-perusahaan halal, membuat kedai makanan halal tumbuh dengan subur. Kedai dan restoran halal juga bisa kita jumpai di kota-kota besar China, seperti di Beijing dan Shanghai. Di Shanghai saja tercatat ada sekitar 161 restoran dan perusahaan halal pada tahun 2001. Misalnya saja Restoran Hui, Tianshan, Restoran Kambing Hong Chanxing, Restoran Salam dan lain-lain. Buat turis, ada panduan untuk mengunjungi tempat-tempat halal. Jika ingin makanan Bebek Peking yang terkenal itu, bisa kita jumpai versi halalnya di restoran muslim China. Di Perancis, daging halal lebih murah Di Perancis lebih mudah mencari makanan halal di komplek masjid. Biasanya masjid di Perancis berlantai dua. Lantai dua untuk sholat sedangkan lantai pertama adalah toko penjual makanan atau produk halal. Masjid-masjid tersebut juga bertindak sebagai pihak yang memberikan sertifikasi halal. Misalnya saja, Mosque de Paris (Paris), Grande Mosquee de Lyon (Lyon), Mosque D’evry Courcouronnes (Courcouronnes).
Selain itu ada pula perusahaan yang bergerak di bidang pemotongan hewan secara halal sekaligus pengepakannya misalnya French Islamic Slaughtering Agencies, Al Takwa (Nantes), Duc Laguillaumie (Chailley), Ronsard (Bignan), Sarovi (Josigny), Société de Distribution Alimentaire Halal (Annemasse), Delice Mondial (Plouay), Bahadourian (Lyon), dan Brikzel (Strasbourg). Kehidupan muslim yang rata-rata pendatang dari Tunisia, Algeria, Maroko, Kepulauan Comoro, Senegal dan Turki, sebagian besar berada di bawah rata-rata pendapatan orang Perancis. Sehingga kesempatan mereka untuk makan di restoran-restoran sangat kecil. Kebanyakan mereka membeli bahan makanan untuk dimasak di rumah. Tambahan lagi, jumlah muslim yang mencapai 5 juta orang, termasuk pasar potensial pemasaran produk-produk halal. Dengan harga daging halal yang lebih murah 20% daripada daging di Perancis pada umumnya, sungguh sangat terjangkau buat muslim Perancis. Dalam jangka empat tahun terakhir, toko makanan halal banyak dibutuhkan oleh muslim di negara pusat mode dunia itu. Sekitar 10% daging-daging yang beredar di Perancis adalah daging halal. Permintaan tersebut semakin meningkat dari tahun ke tahun. Produk-produk halal di Perancis mencapai 40 ribu ton per tahun. Melihat potensi pasar yang cukup besar, ada beberapa perusahaan penjagalan Perancis yang tertarik untukmemproduksi makanan halal. Bahkan 20%-nya lagi produk halalitu dijual oleh supermarket besar seperti Carefour, Franprix dan Auchan berupa makanan halal dan diletakkan dalam rak tersendiri. Produk halal di sini sudah bisa ditemui dalam bentuk pizza, lasagna dan bermacam pie. Sepertirestoran BKM (Beurger King Muslim) yang berlokasi di pinggiran Kota Paris di Clichy-Sous-Bois yang mayoritas adalah pendatang muslim. Restoran cepat saji ala muslim ini dekorasinya tak jauh beda dengan restoran milik Amerika seperti McDonald, Burger King dan lainnya. Sehingga banyak anak muda muslim yang menikmati makanan di situ tanpa harus takut makanannya halal atau tidak. Sambil ngobrol bersama teman-teman, suasana di BKM ini cukup dinikmati oleh remaja muslim. “Restoran ini terbuka untuk siapa saja, tapi utamanya untuk penduduk daerah ini maupun kota terdekat yang biasanya pilihannya di restoran fast food sangat terbatas, “ kata Mourad Benhamida, manajer BKM. “Kita membeli daging halal dari suplayer lokal. Kita memastikan bahan dan isi semua makanan tidak mengandung alkohol maupun lemak hewan haram yang mungkin bisa bercampur dengan saus dan bahan lainnya,” tambah Hakim, konsultan teknis restoran ini. Dengan berdirinya retoran halal ini, pilihan untuk makan-makanan halal semakin bertambah banyak. Lagipula, secara tidak langsung mengurangi jumlah pengangguran di daerahtersebut. Di negara yang terkenal dengan Menara Eiffelnya ini, ada tiga tempat pemberi label halal yang beroperasi di Paris, Lyon dan Evry. Masing-masing memiliki petunjuk halal versi masing-masing mulai dari sertifikasi penjagalan sampai pembungkusan. Namun, beberapa tahun belakangan Pemerintah Perancis tertarik dalam pengembanganproduk halal ini melalui The French Council of Muslim Religion (CFCM).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H