Lihat ke Halaman Asli

Vidi Susanto

Photography

Mengenal Lebih Deket Maestro Cicih Cangkurileung dan Hal Menarik Lainnya

Diperbarui: 6 Maret 2024   21:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto : vidi susanto/ salah satu kaset pita cicing cangkurileung

Kota Subang memang tak habis-habisnya melahirkan sosok maestro baik di wilayah seni tari, seni drama, seni rupa hingga seni musik, bahkan banyak dari kota lain yang melabeli kota yang satu ini sebagai kota lumbung seni.

Lewat Sisingaannya yang mendunia, lantunan pantun Mang Ayi yang sakral sampai ke Australia, hingga lengkeingan suara tembang Sunda Cicing Cangkurileung yang merdu membawanya ke Negera Kincir Angin/ Belanda, menandakan produk kebudayaan yang lahir di kota Subang diterima di seluruh Dunia.

Cicih Rukesih atau lebih popular dengan nama panggung Cicih Cangkurileung merupakah salah satu pesinden terkemuka asli kota Subang, lewat lagu "Adu Manis" nama nya melejit dibelantara musik Sunda. Bahkan kekuatannya dalam manggung tak usah diragukan lagi, nyatanya beliau sanggup manggung hingga dini hari tanpa juru kawih pendamping.

Keahliannya dalam berkesenian tak lepas dari dua tokoh senior yaitu Cucun Cunayah dan Suwandi yang mengajarinya sejak umur 5 tahun, tak cukup waktu lama  diumurnya yang ke 7 tahun Cicir Kecil sudah menyabet kejuaraan kawis pertama kliningan. Dari situ lah namanya mulai dikenal masyarakat umum dari pecinta kesenian Kliningan maupun Bajidoran.

Cicih Cangkurileung memiliki ciri khas suara yang garang, lantang dan jelas saat membawakan kliningan, akan tetapi bersuara lembut bila melantunkan lagu religi, juga tak jarang pula membawakan lagu-lagu jaipongan dan kecapian.

Sang maestro meninggal dunia pada tanggal 18/09/2012 dikediamannya di Kampung Sembung II Rt 08/ Rw 04 Desasembung, Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang. Karyanya yang lebih dari 150 album kaset masih dinikmati masyarakat dari berbagai macam kalangan.

Lalu sejak kapan Nama Cangkurileung dipakai ? Nama Cangkurileung (kutilang) dipakai saat Cicih kecil hendak mengikuti kontes sinden, yang dimana saat itu setiap peserta mengharuskan untuk memakai nama burung dibelakang. Universitas sains & teknologi komputer, (2009, Agustus 09).

Nama Cangkurilrung bukan hal baru, pada tahun 1954 Mang Koko musisi asli dari Priyangan membuat judul lagu bernama "bubuka taman cangkurileung" sebagai pengingat didirikannya Taman Cangkurileung pada tahun 1950.

Mengutip laman Atmago.subang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Subang di tahun 2018 pernah menggelar Pasanggiri Kepesindenan "Sirung Sinden" Cicih Cangkurileung dalam memperingati hari Pendidikan Nasional Hardiknas tahun 2018 yang diikuti pelajar SMP dan SMA se-Kabupaten Subang. Cecep, (2018, Mei 09).

Tentunya kegiatan-kegiatan macam Pasanggiri Kepesisndenan membantu membangkitkan spirit kebanggaan terhadap ketokohan sinden bernama Cicih Cangkurileng, dan semakin memperbanyak bibit-bibit baru pesinden di kabupaten Subang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline