Lihat ke Halaman Asli

Vidi Susanto

Photography

Kekhawatiran Akan Lanskap Perkebunan

Diperbarui: 31 Desember 2021   09:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

lanskap perkebunan teh. foto:vidisusanto

Bagi saya yang tinggal di sekitaran kaki Gunung Tangkuban Perahu banyak mangfaat yang saya rasakan, mulai dari kesejukan dan keindahan alam. Bentang alam dengan hamparan tanaman teh sangat cocok untuk melepas lelas dari rutinitas pekerjaan. Kota Subang memang banyak menyimpan keindahan alam maupun kekayaan alam, dan itu semua tak usah di ragukan lagi.

Perkembangan zaman memang begitu pesat, baru kemarin saya melihat hamparan tanaman teh kali ini berubah resto mewah, baru kemarin saya melihat pemetik teh kali ini berubah objek wisata, baru kemarin saya melihat burung yang terbang bebas kali ini berubah menjadi bangunan menyerupai rumah Aladin.

Semenjak di bangku SD antara tahun 2009-2010 bila menuju kota Bandung tempat yang sering saya tanyakan pada bapak adalah "Tanjakan Emen", tak jarang bapak sering membunyikan klakson sebagai rasa menghargai. Namun makin kesini kebiasaan diatas sudah ditinggalkan, alam disekitaran nya pun sudah jauh dari kesan seram.

Bila kita berkesempatan menuju kota Bandung tentu banyak sekali perubahan yang akan kita lihat selain alih pungsi lahan perkebunan yang begitu terstruktur. Keberadaan jalur penyelamatan rem blong beralih fungsi, alih-alih di pergunakan oleh sebagian orang sebagai spot foto. Bahkan ada sebagian masyarakat yang menjadikan nya sebagai tempat istirahat untuk makan bersama di ruas yang di peruntukan untuk kedaraan yang mengalami kendala di bagian rem, tentu hal semacam itu jelas-jelas akan membahayakan dirinya sendiri.

Dengan banyaknya pembangunan objek wisata di wilayah perkebunan Ciater tentu menjadi kekhawatiran bagi saya, bagaimanapun pembangunan yang dilakukan di area perkebunan yang notabene terletak di bagian Selatan kota Subang dalam hal ini di wilayah pegunugan juga harus mementingkan perihal ekosistem dan keselarasan alam. Apapun yang dialami di hulu tentu akan berdampak pada hilir, jika di hulu mengalami bencana alam tentun hilir akan pun mengalami berdampak nya.

Kata bencana alam tentu kurang tepat bagi saya, mungkin kata yang tepat dalam mengganti istilah tersebut yakni "alam berjalan sesuai kaidahnya". Karna terjadinya bencana tersebut sebagian dampak dari buah tangan orang-orang tak bertanggung jawab. Tentu dengan adanya bencana seperti hal nya longsor di wilayah Subang jelas karna peran pohon sebagai penyangga kian hari kian di  tebang tanpa ada penanaman kembali, yang jelas-jelas berdampak pada bencana longsor.

Untuk mengantisipasi hal semacam ini perlunya kerjasama dengan pihak terkait untuk membangun bangunan yang tidak membahayakan,  tentu dalam hal ini keselamatan harus menjadi bahan pertimbangan yang penting. Jangan sampai adanya pembangunan berdampak buruk bagi sebagian kelompok atau wilayah. Kesadaran memiliki harus sama-sama warga Subang miliki.

Tentu dengan banyaknya lahan yang tak produktip di wilayah Subang harus di maksimalkan guna memenuhi kebutuhan pangan, bagaimanapun ancaman jabar krisis pangan menjadi ancaman bagi masyarakat. Tentu dalam hal ini ruang terbuka hijau di wilayah Subang harus terus di rawat, bila perlu di perluas. Maka rawat terus ingatan akan lingkungan sebagai bagian dari kehidupan, guna menuju kehidupan yang lebih baik agar terjalin keselarasan antara manusia hewan tumbuhan dan seluruh penghuni mahluk bumi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline