Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan api kepada kayu
yang menjadikannya abu…
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan
yang menjadikannya tiada…
Ini kata Sapardi Djoko Damono. Tetapi, bagaimana faktanya bila sosok yang kita cintai adalah makhluk yang teristimewa, doi punya segudang kelebihan dibandingkan kita sebagai si pencinta? Doi tak hanya indah secara fisik, melainkan juga secara intelektualitas, kepribadian….the whole package? Bisakah kita mencintainya secara sederhana pula?
Karena faktanya, ketika kita mencintai seseorang yang memiliki kelebihan dibandingkan kita, kita terdorong untuk mem-push diri kita agar bisa se-oke doi. Misalnya saja dalam hal intelektualitas, si doi menguasai semua topik pembicaraan,,,,,nah, otomatis, kita akan terpacu untuk mengimbangi wawasannya yang demikian luas itu agar kita bisa nyambung saat ngobrol sama si doi. bener gak? ^^
kita juga ikut mencoba bahkan pada awalnya berpura-pura megikuti apa yang menjadi kegemarannya hanya agar kita bisa nyambung atau at least punya bahan obrolan saat berdua si doi. Sekali pun mungkin kita enggak suka apa yang menjadi kegemaran si doi. :D bahkan otomatis, kita akan berusaha menyukai atau at least mencoba menyukai kegemaran si doi. ituh hal yg lumrah saat kita pedekatean,,disitulah banyak org yg blg indahnya masa pedekatean. hheee
eiiitttsss tapi kita jga ngga boleh berlebihan,,kalo org jaman skrg blg Lebayyy dan Alayyy,, hahahaha. Dan sebenernya emg bner apa yg d blg opa Sapardi Djoko Damono : cinta ituh emg sederhana,, cukup jadi diri sendiri,, dan mau menerima apapun kekurangan dan kelebihan si doi :D