Gemetar hati ini saat menyaksikan jutaan orang datang berbondong-bondong hadir dalam kampanye akbar pasangan calon presiden, dan wakil presiden nomor urut 02 Prabowo-Sandi di Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta kemarin (Minggu, 7/4).
Bisa dipastikan, para peserta yang datang tentu dengan sukarela tanpa paksaan. Tak tampak satu pun gesture maupun dari mimik wajah mereka hadir karena iming-iming imbalan uang maupun hanya berharap nasi kotak dari panitia acara. Malah, peserta yang hadir menyumbang ala kadarnya kepada paslon yang akan ikut berkompetisi di pemilu mendatang.
Buktinya, banyak peserta sudah hadir sejak pagi dini hari bahkan di malam harinya. Acara kampanye tersebut dimulai dengan digelarnya salat subuh berjamaah. Hanya satu tujuan mereka, ingin Prabowo-Sandi menang.
Yang hadir bukan hanya warga Jakarta, daerah lain pun seperti Padang, Makasar, Surabaya dan Bandung langsung merasakan kekhidmatan saat acara berlangsung. Tentu, dengan berharap rahmat sang khalik lah yang menjadikan kegiatan bersama para kiyai, ustad dan para tokoh agama lainya berjalan begitu meriah dan menyita perhatian dunia.
Seketika, lokasi tempat berlangsungnya kampanye akbar berubah menjadi 'lautan putih' yang didominasi umat islam. Umat non muslim pun tampak hadir, walau hanya beberapa orang saja.
Kegiatan ini pun jadi perhatian khusus media asing. Tak tangung-tanggung, puluhan media asing datang meliput kegiatan tersebut dari subuh hingga pukul 09.00 WIB. Karena, menurut mereka di Indonesia baru kali ini menjelang pemilu kampanye terbuka dihadiri satu juta lebih peserta. Pantes saja jadi semeriah gitu. Karena sebelumnya, pesta demokrasi yang dihadiri berbagai suku, agama dan ras hadir belum pernah terjadi sejak Indonesia dipimpin oleh presiden pertama, Soekarno. Hal ini diakui langsung Prabowo disaat melakukan orasi kebangsaannya dihadapan jutaan rakyat Indonesia.
Baru kemarin (Minggu, 7/4) itu yang menurut saya sangat berlangsung meriah. Meriah dalam arti luas. Baik dari kesolidaritasan sesama peserta, maupun meriah dalam arti ramainya rakyat yang hadir memenuhi wilayah Gelora Bung Karno pagi itu.
Kini, kampanye tersebut tinggal lah kenangan dan sejarah bagi anak cucu kita pada puluhan tahun kedepan. Disaat zaman sudah serba digital, mereka tinggal mengecek kebenaran data dari situs pencarian internet. Dan jadi saksi bagi kita (para peserta) untuk menceritakan bagaimana proses bangsa kita keluar dari rezim otoriter yang digerakan oleh konco penguasa.
Dan di tanggal 17 April 2019, konco penguasa ini harus kalah melalui pemilu presiden. Rakyat sudah jenuh dengan penindasan dan pembodohan yang sering dimanipulasi pendukung Jokowi. Berharap, Indonesia lima tahun kedepan akan lebih baik dan bebas dari kebusukan konco penguasa tersebut.
Permasalahan hadist dan syariat agama islam selalu jadi isu hangat untuk terus digoreng para pendukungnya. Masalah Hak Asasi Manusia, masalah perang pun dicuatkan ke permukaan. Sehingga rakyat yang mendengarkan pasti akan terpancing emosinya.