Kita mengenal Abdurrahman Wahid sebagai bapak pluralisme Indonesia. Jika kita tilik lebih lanjut, sikap GusDur itu sikap pluralismenya itu, didasarkan pada sikapnya yang sarat moderasi beragama. Bahkan banyak pemikirannya soal relasi sosial dan relasi agama, jauh lebih maju dari masyarakat awam atau tokoh agama lainnya.
Apa sih moderasi agama itu ?
Moderasi beragama adalah jika seseorang atau kelompok memiliki keyakinan kebenaran agama sendiri secara mendalam dan teguh, namun dia atau mereka juga mampu menghargai dan menghormati penganut agama lain dengan keyakinan agama mereka sendiri, tanpa harus membenarkannya. Moderasi agama bukan pendangkalan akidah, sebagaimana ditafsirkan oleh beberapa orang itu.
Moderasi beragama dalam konteks sosio budaya adalah berbuat baik dan adil kepada yang berbeda agama. Sikap itu sendiri adalah bagian dari ajaran agama sebagaimana termaktub di al Mumtahanah ayat 8. Negara sendiri tidak membedakan hak dan kewajiban dalam melayani warga negaranya yang mungkin berbeda agama. Semua sama di mata negara.
Dalam konteks politik, berteman atau menjalin kerjasama dengan pihak atau orang yang berbeda agama, boleh-boleh saja. Bahkan jika kita merujuk pada pengalaman empiris Nabi Muhammad SAW di Madina, ada keharusan untuk terikat atau komit terhadap kesepakatan-kesepakatan politik yang sudah dibangun dengan pihak yang berbeda agama. Bahkan ada piagam Madina yang terkenal itu.
Seperti hal nya tokoh-tokoh Islam moderat seperti Gus Dur, Nurcholis Madjid KH Siddiq dan lain sebagainya. Mereka memberi ajaran paripurna tentang ajaran Islam serta tidak mengabaikan relasi sosialnya. Sehingga seorang Gus Dur bisa menjadi Presiden meski hanya dua tahun. Cak Nur juga banyak memberikan teladan yang mumpuni sehingga meski banyak yang menilai beliau sekuler namun keimanan dan pengetahuan Islamnya tidak bisa diragukan lagi.
Hanya saja, memang ada beberapa tokoh moderat yang terkadang lalai menampatkan diri di tengah masyarakat. Tak hanya lali namun cenderung ceroboh, sehingga masyarakat banyak yang antipati terhadap masalah ini. Beberapa akun misalnya mengatakan, "Mereka yang mengklaim diri sebagai moderat, pada kenyataannya tidak lebih baik dari kami yang kalian cap radikal."
Dalam hal ini, moderasi tidak boleh hanya menjadi slogan. Figur agama harus bisa menerjemahkannya dalam tindakan nyata yang memberikan dampak positif bagi masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H