Lihat ke Halaman Asli

Generasi Muda Bisa Jadi Lokomotif Demokrasi Ke Depan

Diperbarui: 16 Februari 2024   17:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

desapangsan badung bali

Pemilihan umum (Pemilu) Presiden dan Legislatif sudah berlalu.Pesta demokrasi lima tahunan itu berlangsung denga damai dan lancar. Sebagain di bawah guyuran hujan saat mencoblos, meski sebagian dari Indonesia sangat cerah ketika pemilu berlangsung.

Beberapa kabar duka memang menyertai pelaksanaan pemilu itu, yaitu meninggalnya beberapa orang petugas karena kelelahan. Meski itu tidak sebanyak saat pelaksanaan pemilu 2019, kematian itu layak disayangkan karena mereka bekerja melebihi apa yang rata-rata dikerjakannya setiap hari.

Di sana sini memang terdapat pengaduan yang bersifat administratif. Karena kesalahan tekap dll, tapi ada juga pelanggaran yang bersifat pidana. Untuk pelanggaran yang bersifat pidana (berisi pemukulan kepada petugas KPPS, saksi dll) akan diselesaikan oleh penegak hukum. 

Namun untuk pelanggaran yang bersifat administratif, nanti akan diteruskan kepada level tertinggi di KPU dan akan diselesaikan sebuai dengan aturan yang berlaku. Apakah harus ada pemilu susulan atau masuk ke pengaduilan sengketa pemilu. Alur seperti itu sudah pernah terjadi pada pemilu-pemilu sebelumnya.

Antusiasisme warga masyarakat untuk memilih, menunjukkan kita masih dalam suasana negara demokrasi yang baik, meski ada kritik sana sini. Pemilih yang sebagian besar adalah generasi millenial (lahir setelah tahun 80) dan generasi Z (lahir setelah tahun 2000) yang memilih kemarin menunjukkan bahwa mereka sangat peduli dengan pemimpin mereka. Karena itu mereka berbondong-bondong untuk memilih presiden dan legislatif pilihan mereka.

Generasi yang sejak lahir sangat akrab dengan multi media dan gadget ini memang terbiasa memakai teknologi, bahkan dalam kesehariannya. Kampanye para kandidat presiden dan legislatif melalui berbagai platform media sosial diterima dengan baik oleh para generasi ini. Terbukti tidak ada ujaran kebencian yang sangat poarah yang pernah terjadi pada pemilu 2014 dan 2019.

Meski politik identitas tidak digunakan oleh para kandidat untuk alat menyerang dalam kampanye, namun karena sebagian kandidat adalah penyelenggara negara, atau ada kaitannya dengan negara, maka mau tidak mau serangan-serangan sangat gencar dilakukan oleh para kandidat lain atau pendukungnya. Bahkan ada yang menyerang melalui film yang disebarkan dengan berbagai platform.

Namun hal itu semua diterima dan diolah oleh para generasi milenial dan generasi Z dengan baik. Mereka tidak sampai berucap yang tak layak di berbagai platform. Mereka menyerang dengan narasi-narasi yang masih bisa diteima oleh satu pihak dan pihak lain. Ini adalah kontribusi terbaik yang diberikan oleh  generasi muda. Sikap dan perilaku dan narasi yang mereka keluarkan ini mampu menjadi stabilitas sosial dalam suasana pemilu sehingga pesta demokrasi kemarin berjalan dengan lancar dan baik.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline